Penanganan Mata pada Penderita Kelainan Refraksi

Kesehatan262 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Mata merupakan alat indra untuk kita dapat melihat keindahan alam semesta yang diciptakan tuhan. Kemampuan kita untuk tetap mensyukuri karya Tuhan yaitu dengan menjaga kesehatan mata karena sejatinya penyesalan tidak akan datang di awal. Maka kita sebagai makhluk-Nya wajib menjaga apa yang telah diberikan. Tetapi apabila kita sudah mengalami gangguan-gangguan pada penglihatan kita, yang kita bisa lakukan hannyalah tetap berusaha untuk menjaganya dan tidak merusak pemberian tuhan.

Ada setidaknya 3 solusi untuk seseorang mengalami gangguan penglihatan seperti rabun dekat, rabun jauh atau pun silinder yaitu dengan cara memakai kacamata khusus, lensa kontak khusus ataupun LASIK. Ketiga solusi tersebut merupakan solusi bagi penderita kelainan refraksi untuk mempermudah dalam penglihatan.

Maka dari itu berikut ada sedikit pengertian mengenai kacamata, lensa kontak, dan bedah refraktif.

Kacamata

Kacamata merupakan alat yang menggunakan lensa untuk memanfaatkan sifat-sifat cahaya yaitu dapat dibiaskan, cahaya tersebut digunakan untuk dipersepsikan mata ke otak sehingga kita dapat melihat sesuatu dengan jelas. Seperti yang kita tahu bahwa kacamata merupakan sebuah lensa tipis untuk mata yang dipakai dengan tujuan untuk menormalkan kinerja dari mata. Itulah yang menjadi fungsi utama kacamata dan merupakan solusi yang sederhana untuk kelainan refraksi mata.

Terdapat beragam macam lensa yang ada untuk menangani kelainan refraksi yaitu lensa minus, lensa plus dan lensa silinder

Lensa minus kuat atau konkaf digunakan untuk penderita yang mengalami kelainan refraksi miopia atau rabun dekat yang sederhananya yaitu ketika cahaya yang masuk ke dalam mata tidak tepat berada di retina melainkan tepat di depan retina, sehingga dibutuhkan kaca cekung untuk membantu cahaya jatuh tepat di retina. Lensa ini memberikan kesan pada benda yang dilihat menjadi lebih kecil dari ukuran normalnya.

Lensa plus digunakan untuk penderita yang mengalami kelainan refraksi hipermetropia atau rabun dekat yang sederhananya yaitu ketika cahaya masuk ke dalam mata, cahaya tersebut tidak tepat di retina melainkan terus menembus, sehingga dibutuhkan lensa cembung untuk membantu proses penglihatan agar kembali tepat berada di retina. Berbanding terbalik dengan lensa konkaf, lensa konveks atau plus pada mata hipermetropia akan memberikan kesan lebih besar dari normal pada benda yang dilihatnya.

Lensa silinder digunakan untuk penderita astigmatisme yang mengalami kelainan refraksi untuk membantu menyatukan beberapa bayangan akibat pembiasan menjadi satu bayangan sehingga pandangan tidak lagi kabur. Gangguan pada penderita astigmatisme ini akan memberikan keluhan penglihatan yang kurang bebas artinya lapang pandang penglihatannya sedikit menciut.

Lensa Kontak

Sama halnya dengan kacamata, lensa kontak merupakan perkembangan teknologi dari kacamata yang dibuat sesederhana mungkin. Sesuai dengan namanya, lensa kontak  ini merupakan lapisan tipis berbentuk kepingan yang berkontak langsung pada kornea mata.  Lensa kontak ini merupakan temuan yang sangat membantu bagi orang yang mengalami kelainan refraksi selain menggunakan  kacamata dan juga lensa kontak ini merupakan penawar bagi sebagian orang yang merasa jenuh saat harus menggunakan kacamata.

Saat lensa kontak ditempelkan pada kornea mata, lensa tersebut seperti terapung pada selaput bening dan bergerak secara fleksibel mengikuti arah gerak kornea. Tentunya kecembungan permukaan belakang lensa kontak harus sesuai dengan permukaan selaput bening karena anatar keduanya harus memiliki ruang untuk memberikan kesempatan bagi cairan mata untuk mudah membawa nutrisi pada kornea, sehingga mata tidak mengalami kerusakan. Apabila lensa kontak tidak memiliki ukuran maka diperlukan pemeriksaan menggunakan alat yang bernama keratometri. Keratometri ini merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui kecembungan kornea pada mata. Biasanya alat ini digunakan untuk seseorang yang memiliki kecembungan kornea yang mungkin terlalu cembung atau juga terlalu tipis.

Terdapat 2 macam lensa kontak berdasarkan bahannya. Ada yang keras ada pula yang lembut.

Lensa kontak keras terbuat dari bahan polimetilmatakrilat (PMMA) bersifat inert dan tidak toksis. Lensa kontak keras akan memiliki tajam penglihatan yang lebih baik dibandingkan yang lembut, karena sifat dari lensa tersebut yaitu bening dan tidak mudah dimasuki air, namun tidak dapat dipakai terlalu lama dan pemakaian lensa kontak akan terjadi penurunan sensibilitas kornea.

Lensa kontak lembut terbuat dari bahan hidroksi etil mata krilat (HEMA). Lensa ini mengandung air yang memiliki sifat cepat keruh, namun lensa lembut ini banyak diminati karena lentur dan elastis. Berbeda dengan lensa kontak keras yang perlu penyesuaian terhadap adanya benda asing pada kornea atau istilahnya rentan kelilipan.

Menggunakan lensa kontak memiliki keuntungan dibandingkan dengan menggunakan kacamata, yaitu tidak terjadi pembesaran atau pengecilan pada sesuatu yang dilihat serta memiliki lapang  pandang yang luas dan tidak terbatas. Namun terdapat juga keluhan memakai lensa kontak seperti pembersihan yang rumit, rentan menginfeksi mata, waktu pemakaian yang terbatas dan mudah kering apabila terlalu sering di luar ruangan.

Ukuran lensa kontak sama halnya dengan lensa pada kacamata yaitu apabila rabun dekat lensa kontak yang diperlukan adalah lensa negatif yang sifatnya tipis pada bagian tengah. Rabun jauh lensa positif yang sifatnya tipis di tepi dan tebal di tengah. Sedangkan pada astigmat lensa kontak permukaan belakangnya berbentuk silinder sesuai dengan kekuatan lensa astigmat yang diperlukan.

Lensa kontak tentu tidak dapat digunakan oleh sembarang orang karena lensa kontak memiliki risiko salah satunya infeksi. Lensa kontak dapat dipakai oleh orang dewasa muda sekitar 18-20 tahun keatas.

Bedah Refrakatif

LASIK adalah singkatan dari Laser In Situ Keratomileusis. Yaitu prosedur laser untuk memperbaiki kelainan refraksi. Dilakukan dengan cara menggunakan sinar laser dingin dengan cara mengupas permukaan kornea dengan memakai gelombang sinar bertenaga tinggi sehingga jaringan kornea pada mata dapat terkikis. Pengikisan ini dilakukan agar kondisi penglihatan bisa membaik dan pasien tidak perlu memakai kacamata maupun lensa kontak untuk dapat melihat dengan jelas.

Penderita kelainan refraksi miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat)  presbiopia (rabun tua) dan astigmat (silinder) dapat diperbaiki dengan lasik, namun tentunya ada syarat-syarat tertentu untuk dilakukan operasi lasik ini antara lain berusia lebih dari 18 tahun, tidak memiliki riwayat autoimun, tidak sedang hamil dan atau sedang menyusui serta kekuatan lensa yang dipakai berukuran antara +6.00 dioptri sampai dengan -14 dioptri. Kornea yang cukup tebal juga memenuhi syarat untuk dilakukannya operasi lasik.

Namun, tidak semua orang yang memiliki mata minus, plus, dan silinder dapat dikoreksi penglihatannya dengan lasik. Pasien harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan lasik, seperti pemeriksaan produksi air mata, lebar pupil, topografi kornea, tebal tipisnya kornea, kekuatan pada retina, dan apakah penderita memiliki penyakit glaukoma yang sebelumnya tidak diketahui dan semuanya harus diperiksa terlebih dahulu.

Dari perbandingan di atas, bisa ditarik kesimpulan tentang kacamata, lensa kontak, dan LASIK. Ketiganya merupakan penanganan yang tepat untuk penderita kelainan refraksi. Kacamata dan lensa kontak merupakan alat pembantu untuk memperjelas penglihatan. Sedangkan lasik merupakan penanganan penglihatan mata dengan cara operasi agar penglihatan mata kembali normal tanpa adanya kelainan refraksi lagi, namun meskipun sudah dilakukan operasi lasik tidak dipungkiri bahwa setelah operasi LASIK tidak akan mengalami kelainan refraksi kembali. Maka dari itu, jagalah kesehatan mata sejak dini sebelum semuanya terlambat. (Virna Oktavia)

Virna Oktavia adalah mahasiswi Refraksi Optisi Universitas Bakti Tunas Husada (BTH) Tasikmalaya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *