Riset Tanaman Obat sebagai Anti-Hiperurisemia dengan Sediaan Film Lapis Tipis

Kesehatan219 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Kelompok mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Bakti Tunas Husada (UBTH) Tasikmalaya yang diketuai oleh Seina Lathifa Subagja dengan anggota Oktaviana Dwi Lesari, Rizka Sri Jayanti, Dika Tri Agustiani, dan Eka Khaelani serta dibimbing dosen Dr Apt Lusi Nur Dianti MSi mengikuti program pendanaan hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kemendikbud Ristek 2023.

Dengan penuh dedikasi mereka telah menggeluti riset pengembangan obat berbahan dasar tumbuhan obat, mengeksplorasi potensi dan khasiatnya untuk kesehatan manusia. Penelitian ini membahas berbagai aspek, mulai dari karakteristik tumbuhan obat, metode ekstraksi, formulasi sublingual film untuk meningkatkan bioavailabilitas senyawa aktif, hingga uji farmakologi sediaan.

Tumbuhan yang menjadi fokus penelitian adalah daun tempuyung (Sonchus arvensis L), yang dikenal memiliki efek terapeutik sebagai anti-hiperurisemia atau penurun kadar asam urat sebab memiliki kandungan senyawa flavonoid. Senyawa Flavonoid diyakini memiliki kemampuan menghambat enzim xanthine oxidase, sehingga memiliki potensi dalam mengatasi hiperurisemia.

Hiperurisemia adalah kondisi di mana kadar asam urat dalam darah seseorang lebih tinggi dari batas normal. Ketika tubuh memproduksi atau mengonsumsi purin dalam jumlah yang berlebihan, asam urat dapat terbentuk dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang dapat dieliminasi oleh ginjal. Ini dapat menyebabkan penumpukan asam urat dalam darah, membentuk kristal yang dapat menumpuk di sendi dan jaringan, menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai asam urat atau gout.

Melalui serangkaian uji coba, penelitian ini mencapai hasil yang menarik. Formulasi sublingual film dari ekstrak daun tempuyung terbukti efektif dalam menurunkan kadar asam urat. Sublingual film dibentuk untuk memberikan efek terapi tanpa melewati first pass metabolism. Temuan ini memberikan harapan baru dalam pengembangan terapi untuk penderita penyakit komplikasi seperti penyakit lambung dan gagal ginjal kronis.

Diharapkan, temuan penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap dunia kesehatan dan memberikan pandangan baru terhadap pemanfaatan tumbuhan obat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan.

Kesimpulan penelitian ini tentu saja menjadi dasar yang kuat untuk mendukung pemahaman lebih lanjut tentang manfaat tumbuhan obat dan potensinya dalam pengembangan obat-obatan yang lebih efektif dalam segi kondisi aspek kesehatan lainnya. (rls/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *