Realitas Pergerakan Mahasiswa Hari Ini

Politik130 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Berbicara mengenai pergerakan mahasiswa hari ini tentu tidak pernah lepas secara historis maupun perjalanan pergerakan pemuda pelajar mahasiswa di beberapa tahun atau dekade bahkan abad ke belakang.

Pembahasan di atas tentu sudah disampaikan bagaimana sebetulnya pergerakan mahasiswa merupakan salah satu cikal bakal perjuangan menuju kemerdekaan bangsa yang sejati bukan hanya mengenai masalah proklamasi kemerdekaan maupun pengakuan dari dunia.

Pada tahun 1908, 1928, 1966, 1998 itu merupakan sejarah panjang bagaimana pergerakan mahasiswa memiliki nilai yang diperjuangkan dan posisi politik, sosial, ekonomi, pendidikan yang memang mencoba diredefinisi. Hal tersebut menjadi salah satu poin penting bagaimana sebetulnya kondisi situasi pada generasi dahulu dan generasi sekarang tentu memiliki tekanan yang berbeda.

Gerakan pada kemerdekaan memiliki tekanan yang luar biasa daripada imperialis atau penjajah, pascakemerdekaan prareformasi memiliki tekanan bagaimana keserakahan Soekarno dan Soeharto yang mencoba melanggengkan kekuasaan dan pascareformasi di mana keadaan sosial politik nasional di monopoli oleh mereka yang kita sebut sebagai oligarki.

Hal tersebut tentu menjadi salah satu poin penting tentang gerakan mahasiswa dari generasi ke generasi memiliki karakteristik yang berbeda tergantung situasi kondisi maupun keadaan sosial politik yang memang hadir pada saat itu dan berbicara mengenai pergerakan mahasiswa pada hari ini banyak hal yang perlu kita telisik lebih dalam melihat di lapangan bahwa kuantitas dan ritme gerakan yang sporadis ternyata menyimpan banyak permasalahan akut dan mendasar yang menjadi salah satu tanda yang merusak kualitas gerakan mahasiswa pada generasi sekarang.

Pascareformasi banyak sekali organ taktis mahasiswa yang memang muncul bahkan dalam ruang lingkup nasional organisasi taktis mahasiswa menjamur di mana-mana baik di ruang lingkup program studi ataupun jurusan, fakultas, maupun di tingkat universitas.

Hal tersebut menjadi salah satu impact yang cukup besar dari kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pascatragedi Malari di tahun 74. NKK-BKK, PILBANMAWA, POLBANGMAWA, maupun POK cukup meredefinisi posisi politik mahasiswa di cakupan negara.

Pada saat itu negara berhasil menggertak secara paksa gerakan-gerakan yang muncul dari mereka yang kita sebut sebagai aktivis mahasiswa sehingga definisi mahasiswa yang dituangkan dalam sistem administrasi yang mengkungkung lembaga di kampus seluruh negeri membuat mahasiswa kehilangan arah dibuat bingung dan kemudian melihat apa yang ada yaitu kembali kepada sistem tertulis yang dibuat oleh negara untuk membiaskan posisi politik mahasiswa.

Hal tersebut tentu memaksa mahasiswa hari ini untuk melanjutkan estafet pergerakan dan kepemimpinan dari generasi sebelumnya. Dan itu membuat generasi generasi selanjutnya tidak memiliki pendirian yang jelas kecuali mereka yang berani berpikir kritis dan berani melihat sejarah apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana melihat perspektif dari berbagai macam sudut pandang dalam melihat sebuah fenomena yang ada hari ini tentu hal tersebut sangat terasa dalam realitas keadaan perjuangan mahasiswa yang seakan antara kooptasi oleh kepentingan politik kaum elite yang mencoba untuk intervensi sistem dari dalam dan menggunakan pola represivitas untuk membranus kebebasan mahasiswa dalam bersuara.

Ketika menilik bagaimana realitas pergerakan dan juga perjuangan mahasiswa hari ini dengan kondisi sosial politik ekonomi pendidikan yang berbeda dari beberapa dekade ke belakang tentu hal tersebut bisa dilihat bagaimana hari ini pergerakan mahasiswa terlalu mengedepankan nilai-nilai sinisme, apriori, maupun dikotomi aliansi yang cukup kuat.

Dalam beberapa momentum mengenai berbagai macam isu yang hari ini hadir di tengah-tengah masyarakat dalam dua dekati terakhir tentu permasalahan BBM, pemberangusan hak demokrasi, isu lingkungan, dan masih banyak lagi mahasiswa seakan skeptis dan juga apatis dalam melihat fenomena permasalahan yang ada.

Mereka gagal memahami isu yang hadir dalam metode analisis wacana, analisis sosial, analisis isu, untuk menjadikan hal tersebut sebagai langkah-langkah perjuangan konkret bagaimana memperbaiki tetanan yang ada. Selain skeptisme dan juga apatisme yang melekat sangat kuat dalam jiwa mahasiswa hari ini ada hal mengerikan lain yang memang sangat terasa di ruang lingkup jiwa maupun diri mahasiswa daerah sekarang yaitu kadar intelektual yang rendah bagaimana mereka mengedepankan aktivitas yang tidak mencerminkan intelektual sebagai kaum akademis dalam merubah keadaan sosial hari ini.

Mahasiswa hari ini seakan terpenjara dalam zona nyamannya untuk tetap fokus dalam mengejar gelar maupun tugas-tugas individu yang diberikan oleh dosennya. mereka lupa posisi politik dan sosial mahasiswa yang seharusnya

Sebagai kelompok penekan memiliki tugas lebih dari sekedar memperdalam keilmuannya masing-masing. Ada peranan lebih yang diharapkan oleh rakyat, itu bagaimana posisi mahasiswa hari ini sebagai salah satu komponen yang paling dipercayai oleh rakyat namun melihat keadaan mereka sudah terpenjara dalam pola hidup individualistik yang mengedepankan egositas kepentingan pribadi yang merusak gerakan politik maupun moral mahasiswa.

Sikap individualistik itulah yang kemudian mereka tidak mempedulikan masyarakat yang sedang menjerit karena termonopoli oleh sistem yang dibuat oleh mereka yang kita sebut sebagai oligarki internasional, maupun nasional. Inilah yang disebut sebagai monopoli sistem pendidikan tinggi bagaimana negara berhasil meredefinisi posisi mahasiswa untuk bisa diklaim sebagai barisan yang tidak peduli terhadap berbagai permasalahan yang ada secara konkret di lapangan.

Sikap tersebut tentu sangat mencintai mereka yang telah berjuang habis-habisan untuk melawan penindasan maupun sistem monopoli politik ekonomi global yang di analogikan sebagai monster gurita yang siap untuk mengikat rakyatnya sendiri.

Berbicara mengenai mahasiswa tentu ada 3 nyawa atau luh yang cukup melekat dalam diri setiap mahasiswa yaitu literasi, diskusi, dan aksi. Ketika nyawa tersebut seakan-akan hilang hari ini ataupun tidak bekerja dengan secara maksimal karena sikap individualistik mereka yang tidak melihat nilai-nilai yang harusnya mereka perjuangkan.

Selain sikap skeptis, apatis, dan individualistis kita harus melihat bahwa mahasiswa hari ini tidak cukup memiliki alat untuk bisa berpikir dengan benar. Sangat jarang sekali mahasiswa yang mau mendalami ilmu filsafat, logika, ideologi, maupun hal lain yang sifatnya sangat mendasar. Dengan demikian, hal tersebut tentu akan mengganggu bagaimana pola perkembangan mahasiswa ini yang seakan-akan gampang untuk dimanfaatkan maupun dipermainkan tergantung kepentingan yang hadir ke atas meja yang ada di depan mereka.

Itu merupakan salah satu kritik kepada bagaimana sistem pendidikan nasional hari ini tidak berhasil membuat para siswa maupun mahasiswa memiliki bekal untuk berpikir secara rasional tersebut sinyalnya sebagai salah satu monopoli kecerdasan untuk membatasi daya nalar rakyat Indonesia supaya tidak berani untuk kritik maupun hiperkritik terhadap penguasa.

Kita coba beranjak untuk membahas keadaan peta gerakan mahasiswa hal ini yang cukup tidak masuk akal, banyak sekali gerakan-gerakan mahasiswa hari ini dengan berbagai macam kelompok yang dihadirkan mereka mengatasnamakan aliansi 1 sampai 100 tanpa mau duduk bersama secara keseluruhan dan bahkan menjelek-jelekkan satu sama lain walaupun itu merupakan keadaan normal dalam sistem sosial tapi kita harus berkaca pada keadaan mahasiswa hari ini tidak berkaca kepada isu yang cukup kuat menceritakan rakyat.

Dengan keadaan polarisasi peta gerakan mahasiswa tentu hal tersebut akan berpengaruh pada kuantitas eskalasi yang memang akan dibuat terbukti dalam berbagai macam gerakan-gerakan yang sudah terlaksana bisa dikatakan gerakan mahasiswa tidak pernah menembus secara masif dalam pola gerakan eskalasi nasional dengan keadaan masa aksi yang tidak memenuhi syarat untuk bisa menggertak penguasa.

Hal tersebut menjadi salah satu poin penting bagaimana sebetulnya ada kemungkinan penguasa memainkan monopoli peta gerakan mahasiswa supaya terjadi perpecahan yang kemudian memudahkan mereka untuk melakukan operasi menyusupi berbagai macam kepentingan yang transaksional cukup menciderai gerakan mahasiswa hari ini.

Terlepas dari gerakan mahasiswa ini dengan berbagai macam variasi pola strategi taktik yang memang cukup luar biasa tapi ada nilai yang ditinggalkan yaitu mereka bisa duduk bersama berjalan bersama akan berlari bersama menyuarakan permasalahan atau kepentingan yang sama selain itu sikap heroisme yang hadir dalam setiap para pentolan gerakan menghadirkan kecacatan tujuan yang bisa mencedrai kepentingan yang dibawa.

Kepentingan yang seharusnya disampaikan secara sporadis kepada penguasa namun dikarenakan ada sikap heroisme yang ingin terlihat lebih dari yang lain yang kemudian menyusupkan kepentingan-kepentingan pribadi di atas kepentingan kelompok itu merupakan salah satu permasalahan mahasiswa ini. (Sadid Farhan)

Sadid Farhan adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi, FKIP Universitas Siliwangi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *