RADAR TASIKMALAYA – Sampah, sebuah kata yang seringkali dikaitkan dengan masalah di berbagai belahan dunia. Dari tumpukan plastik di lautan hingga limbah elektronik yang terus bertambah, dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia semakin mengkhawatirkan. Namun, apakah benar bahwa sampah selalu menjadi masalah? Jawabannya adalah tidak.
Sampah dapat menjadi penghasil uang jika dikelola dengan benar dan berkelanjutan. Sampah sebagai barang buangan dianggap tidak memiliki nilai dan kegunaan. Padahal sampah masih memiliki nilai ekonomis apabila dilakukan pemilahan dan pemrosesan dari sumbernya.
Sampah adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat dihindari. Namun, bagaimana cara mengelola sampah ini yang menjadi pertanyaan. Sampah dapat menjadi masalah jika tidak dikelola dengan benar, seperti mencemari lingkungan dan menimbulkan berbagai penyakit. Namun, sampah juga dapat menjadi peluang jika dikelola dengan cara yang berbeda.
Kerajinan tangan dari sampah plastik adalah cara yang bagus untuk mengubah barang bekas menjadi barang yang berguna kembali, bahkan dengan nilai jual dan nilai estetika. Kerajinan tangan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kreativitas seseorang. Dari sampah plastik dan koran dapat dibuat berbagai produk seperti tas belanja, lampu hias, tempat pensil, keranjang, dompet, hiasan kamar, dan lain-lain.
Sampah seharusnya dilihat sebagai sesuatu yang memiliki manfaat dan bukan lagi hasil buangan yang tidak berguna. Filosofi dasar tentang pengelolaan sampah yang ditetapkan dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menunjukkan bahwa masyarakat harus mengubah perspektif mereka tentang sampah dan bagaimana mereka memperlakukan atau mengelola sampah. Masyarakat harus meninggalkan cara lama yang hanya membuang sampah dengan mendidik dan membiasakan masyarakat memilah, memilih, dan menghargai sampah sekaligus mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan bank sampah.
Proyek bank sampah yang berbasis masyarakat setidaknya dapat mengubah perspektif masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga untuk mengurangi sampah di sumber melalui partisipasi warga.
Bank sampah, juga dikenal sebagai sampah penghasil uang, adalah ide tentang penyimpanan dan pengelolaan sampah kering atau anorganik yang menggunakan sistem manajemen seperti bank. Klien mengumpulkan dan menyetorkan barang yang dapat didaur ulang, seperti plastik, kertas, dan sebagainya, di bank sampah. Selanjutnya, sampah dibeli dari industri pengelolaan sampah untuk digunakan dalam berbagai produk yang dapat dijual kembali. Oleh karena itu, bank sampah membantu dengan berbagai cara, seperti mengurangi jumlah sampah yang terkumpul, mencegah pencemaran lingkungan, dan memberikan keuntungan keuangan kepada klien yang menyetorkan sampah.
Pada dasarnya bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tetapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Warga yang menabung (menyerahkan sampah) juga disebut nasabah dan memiliki buku tabungan serta dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, kemudian akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama dengan bank sampah. Sementara plastik kemasan dapat dibeli oleh pengurus PKK setempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan.
Selain bank sampah, beberapa cara menghasilkan uang dari sampah yang dapat dilakukan adalah:
- Jual Sampah Plastik ke Pemulung: Sampah plastik dapat dijual ke pemulung yang kemudian mengolahnya menjadi bahan baku untuk produk lain. Pemulung biasanya membeli sampah plastik dengan harga yang relatif tinggi, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi penghasilan tambahan.
- Mengolah Sampah Menjadi Bahan Baku: Sampah dapat diolah menjadi bahan baku yang bernilai guna, seperti membuat tempat pensil dari botol plastik atau membuat vertical garden dari botol bekas. Produk-produk ini dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi daripada harga asli sampah, sehingga memberikan keuntungan tambahan.
- Daur Ulang Sampah dengan Aplikasi: Aplikasi seperti dibuang.com memungkinkan pengguna untuk menjual sampah plastik dan kardus dengan harga yang relatif tinggi. Sampah plastik dapat dijual dengan harga Rp 3.000/kg, sedangkan kardus dapat dijual dengan harga Rp 2.500/kg.
- Menjadi Reseller: Dengan menjadi reseller, seseorang dapat membeli sampah dengan harga yang relatif rendah dan kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi, memberikan keuntungan tambahan.
Dengan demikian, pengelolaan sampah yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat ekonomis dan lingkungan. (Thyasz Spica Nurlestari)
Thyasz Spica Nurlestari adalah mahasiswa Ilmu Lingkungan UNSOED.