Bagi masyarakat Kota Tasikmalaya, disamping lemahnya kesadaran dalam urusan buang sampah, disebabkan pula oleh kurang seriusnya pemerintah mengatasi sampah. Ini terindikasi dengan minimnya armada pengangkut sampah yang hanya 32 unit dam truck, sedang kebutuhan maksimal sebanyak 50 unit. Itu pun yang masih beroperasi, sebagian sering bermasalah, karena kondisinya sudah uzur.
Akibat dari itu, armada pengangkut sampah sering terlambat melakukan tugasnya. Dan itu berakibat pada tindakan masyarakat untuk sewenang-wenang.
”Buruknya pengelolaan sampah oleh Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya mendorong masyarakat membuang sampah ke tepi Sungai Ciwulan, ditemukan lebih dari 50 timbulan sampah ilegal di Sungai Ciwulan,” kata peneliti juga Koordinator Ekspedisi Sungai Nusantara Amiruddin Muttaqin melalui siaran pers di Tasikmalaya, Minggu, dikutip dari Antara.
Sampah yang bertebaran di Ciwulan, sampah bawaan yang hanyut dari hulu. Tidak hanya sampah yang dibuang masyarakat sekitar bantaran sungai. Seperti gugusan sampah yang terdapat di bantaran Lewibudah, di bawah jembatan gantung di Kelurahan Tanjung.
Volume sampah di sana sering meningkat pada musim hujan. Air yang meluap berpotensi meningkatkan volume sampah yang hanyut dari hulu.
Disamping melintas wilayah kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya, Ciwulan merupakan muara bagi sungai lainnya. Di wilayah Kelurahan Cibeuti ada sungai Cikunir. Di Kelurahan Tanjung ada sungai Cilamajang yang bermuara di sungai Ciwulan.
Karang Taruna Kelurahan Tanjung, pernah beberapa kali turun untuk mengatasi persoalan sampah di Ciwulan. Didibantu pula oleh Karang Taruna dari kelurahan lain, bahu membahu bersama Republik Aer Kota Tasikmalaya. Sekitar 12 truk sampah diangkut dari sana dan dibuang ke TPA Ciangir.
Hanya beberapa minggu, bantaran tampak resik dan cantik. Begitu hujan turun dan air meluap, sampah kembali berserakan dan menumpuk di sana.