Peran Satria

Pendidikan130 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – AKHIR tahun 2022 hingga pertengahan tahun 2023 yang lalu, terdapat fenomena “lato-lato” yang menarik perhatian publik. Lato-lato atau nok-nok merupakan permainan yang terbuat dari dua bola berbahan plastik keras yang terikat tali dan dimainkan dengan cara diayun-ayunkan hingga terbentur dan menghasilkan bunyi yang autentik.

Fenomena tersebut menjadi sangat menarik karena hadir di tengah gempuran teknologi dengan beragam permainan berbasis digital di dalamnya. Pada saat itu, hampir semua masyarakat dari beragam kalangan usia gandrung akan permainan lato-lato. Hal tersebut mengindikasikan adanya kejenuhan dengan permainan/hiburan yang biasa didapat dari produk-produk berbasis digital.

Tim PKM Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia melihat hal tersebut sebagai peluang. Kejenuhan menjadi sifat alami manusia saat terus-menerus dihadapkan pada rutinitas yang sama dan berulang.  Keberadaan teknologi dengan segala macam kemudahan yang diberikannya tetap meninggalkan celah dan peluang untuk hal-hal yang bersifat konvensional atau bahkan tradisional.

Mengacu pada “fenomena lato-lato” yang diidentifikasi, Tim PKM Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia mencoba membuat permainan edukatif dengan konsep permainan papan sederhana.

“Peran Satria”, akronim dari Permainan Papan Bahasa dan Sastra Indonesia, merupakan produk yang dihasilkan Tim PKM Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Dalam proses pembuatannya, tim yang terdiri dari Ai Bulan Oktaviana (sebagai ketua tim), Nabila, Andini, Kuniah Nadiyah, dan Iya Ferina Rizka Inayah mendapatkan pendampingan dari dosen pendamping Fikri Hakim MHum.

Peran Satria hadir sebagai permainan papan sederhana yang terdiri dari lintasan papan dan kartu pertanyaan. Kartu pertanyaan sendiri diproduksi dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku di sekolah. Sehingga, permainan papan ini sangat cocok untuk dijadikan alternatif media belajar siswa di sekolah.

Pada 16 Juni 2023, Peran Satria resmi lolos pendanaan PKM (program kreativitas mahasiswa) skema kewirausahaan. Dari empat puluh ribu lebih proposal yang masuk ke Simbelmawa Kemendikbud RI untuk diseleksi, Peran Satria menjadi satu dari lima rubu proposal lainnya yang lolos didanai oleh Kemendikbud RI. Momentum tersebut menjadi titik awal Peran Satria agar dapat dikenal lebih luas dan dapat dimanfaatkan oleh lebih banyak pihak.

Saat ini Peran Satria sudah sudah melakukan berbagai kegiatan khususnya untuk promosi dan sosialisasi. Sosialisasi sudah dilakukan ke berbagai sekolah di area Tasikmalaya. Peran Satria juga sempat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat bersama dosen Jurusan Pendidiakan Bahasa Indonesia.

Pengabdian dilaksanakan di Desa Tawangbanteng dengan sasaran anak-anak sekolah di wilayah tersebut. Sejauh ini sudah lebih dari 40 produk terjual di pasaran.

Respons yang baik juga diterima Peran Satria dari sekolah-sekolah yang dijadikan tempat sosialisasi. Secara umum, pihak sekolah dan siswa sangat tertarik dengan konsep permainan yang dibawa oleh Peran Satria. Proses pembelaaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

Kini peran satria sudah melakukan pengembangan produk, tidak hanya digunakan untuk menunjang pembelajaran atau sebagai media pembelajaran tetapi saat ini jangkauannya sudah bisa dimainkan oleh masyarakat umum.

Setidaknya terdapat tiga produk yang sudah tersedia di pasaran, yakni Peran Satria untuk Sekolah Dasar, Peran Satria untuk Sekolah Menengah Pertama, Peran Satria untuk Masyarakat Umum.

Hadirnya ketiga produk tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif khususnya dalam perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. (Fikri Hakim MHum)

Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Universitas Siliwangi. Penggagas Komunitas Jagabasa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *