RADAR TASIKMALAYA – Studi tentang pemetaan kekuatan politik dalam Pilkada salah satunya memiliki manfaat untuk melihat prospek dan prediksi kemenangan satu calon tertentu. Selain itu juga mampu menjadi bahan studi literatur dalam meramalkan secara ilmiah kecenderungan kemenangan calon. Banyak cara yang dilakukan untuk memetakannya termasuk melalui survei elektabilitas dan popularitas calon, kekuatan mesin Parpol, keberpihakan dan ekspos media, basis massa dan ketokohan (karisma) dan faktor lain yang dalam hal tertentu menjadikan perilaku pemilih sulit ditebak secara akurat (mutlak).
Banyak teori yang menjadi frame dalam memetakan kekuatan politik di suatu komunitas atau wilayah tertentu. Salah satu teori yang dimaksud tersebut adalah bahwa kekuatan politik calon sangat dipengaruhi oleh perilaku politik yang bersifat aktual (actually political behavior) yang di dalamnya mencakup daily politics (partisipasi politik terkini) dan momentum, yang di dalamnya terdiri dari voting behavior dan voting turn out (kecenderungan menurunnya partisipasi).
Popularitas, karisma dan wibawa calon yang bersangkutan. Faktor ini juga tidak bisa dikesampingkan dalam melihat kekuatan seorang calon dalam Pilkada. Dalam dataran tertentu bahkan seorang calon yang memiliki popularitas baik dapat mengalihkan kekuatan mesin Parpol. Mesin Parpol yang mengusung calon yang bersangkutan juga cukup berpengaruh serta basis masa ideologis yang bersangkutan sebagai modal sosial aktivitas kemasyarakatan yang ia jalani selama ini. Misalnya aktivis Ormas, LSM, atau organisasi lainnya yang memiliki anggota atau simpatisan tersebar di mana-mana.
Peta Politik Terkini
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa kekuatan politik sangat dipengaruhi oleh perilaku pemilih konstituennya. Perilaku pemilih dapat berubah dalam sekejap (aktual) dan dapat pula membutuhkan waktu (non-aktual). Perubahan yang aktual sangat dipengaruhi oleh kekuatan promosi dalam bentuk kampanye dan pengenalan visi-misi (banner, spanduk, baligho), pemberitaan media, dan program-program populis lainnya. Belakangan ini di Kota Tasikmalaya mulai bermunculan lewat media-media tersebut tokoh-tokoh seperti H Ivan Dicksan (Sekda Tasikmalaya), M Yusuf (Mantan Walikota Tasikmalaya), Viman Alfarizi Ramadhan (Politisi Gerindra), Yanto Oce, Dede Muharam (PKS), Azis Rismaya (Pebisnis), dan belakangan muncul nama seperti KH Aminudin Bustomi dan Nanang Nurjamil (pengusaha-aktivis) dan beberapa nama lainnya.
Dari nama-nama di atas, jika dilihat dari sudut pandang kondisi aktual atau tren terkini, terdapat kekuatan nama-nama tokoh seperti Viman Alfarizi yang popularitasnya sedang dalam kondisi terbaik, terlihat dari raihan suara dalam pemilihan legislatif 2024. Selain itu terdapat nama M. Yusuf yang merupakan inkumben, Yanto Oce yang santer didukung PKB juga dan Muslim memiliki peluang yang tinggi melihat popularitasnya yang terus menanjak menjelang Pilkada Kota Tasikmalaya.
Selain karena menanjaknya popularitas karena tren pemilih juga faktor lain seperti figur yang berpengalaman lama dalam pemerintahan seperti Ivan Dicksan dan figur karismatik lainnya seperti Aminudin Bustomi. Ketokohan lainnya seperti pihak pengusaha misalnya muncul Nanang Nurjamil atau pengusaha HIPMI lainnya. Sampai saat ini kekuatan belum bermuara kepada wali kota dan wakil wali kota. Namun yang pasti tokoh-tokoh di atas pada saatnya nanti akan bermuara kepada dua kekuatan utama secara formal yakni kekuatan partai dan independen (jika ada).
Jika dilihat nama-nama yang muncul merupakan pertarungan antara kekuatan birokrat-pengusaha, politisi partai dan tokoh agama. Ketiga kekuatan tersebut berebut pengaruh untuk melihat peluang nantinya menjadi bakal calon wali kota atau wakil wali kota. Tentunya keputusan akhir merupakan bargaining-position di antara partai-partai khususnya yang dominan di Kota Tasikmalaya. Kekuatan pengusaha misalnya tercermin dari munculnya figur Azis Rismaya dari Mayasari Grup, dan Budi Mahmud pengusaha properti yang juga ramai akan diusung PAN. Kekuatan birokrat yang “getol” sosialisasi seperti figur H Ivan Dicksan, politisi seperti Viman Alfarizi, Dede Muharam, M Yusuf, Yanto Oce memiliki kans yang besar untuk bersaing. Sedangkan tokoh ulama yang mulai santer seperti Aminudin Bustomi tokoh dan salah satu pimpinan pesantren di Kota Tasikmalaya.
Dari tokoh-tokoh tersebut, pada saatnya akan bermuara kepada nego-nego politik yang dominan terjadi di partai politik, karena potensi terbesar pencalonan ada di partai. Partai yang berpeluang mengusung calon tentunya adalah Gerindra sebagai kekuatan terbesar dengan 10 kursi, PPP 7 kursi, PKS 5 kursi, Golkar 5 kursi, PDI Perjuangan dan PAN 4 kursi, Partai Demokrat 3 kursi, PBB dan Nasdem 1 kursi. Dari kekuatan partai ini jelas Gerindra sangat konfiden untuk mengusung calon dengan sejak dini mendeklarasikan Viman Alfarizi sebagai jagonya, partai lain seperti PPP kelihatannya masih dinamis menyeleksi beberapa nama figur, PKB memunculkan figur seperti Yanto Oce, PKS Dede Muharam atau figur ketuanya, M Yusuf dari Golkar dan Muslim dari PDI Perjuangan. Keputusan mandat pencalonan pastinya akan diberikan oleh pimpinan pusat partai sehingga akan menambah alotnya tawar-menawar pencalonan. Peluang lain dari calon independen dapat diakomodir jika memenuhi syarat pencalonan yang diatur UU Pilkada.
Kondisi-kondisi di atas, pada gilirannya akan melahirkan rivalitas dan koalisi antar berbagai kekuatan yang disebut di atas. Melalui berbagai pertimbangan, baik popularitas dan ekspos media yang kuat, tingkat keterpilihan, dukungan partai, ketokohan dan kharisma bakal calon, dan basis massa yang kuat akan melahirkan satu paket pasangan yang akan secara resmi didaftarkan ke KPU. Peluangnya yang memiliki kans kuat sebagai calon wali kota dapat saja Viman Alfarizi dari Gerindra, M Yusuf dari Golkar Azis dari pengusaha Yanto Oce dari PKB, figur seperti Ivan, Aminudin, Dede Muharam berpeluang menjadi calon wakil wali kota tergantung konstelasi dan pembacaan politik terkini nantinya.
Melihat dinamika politik terkini, ada banyak kemungkinan Misalnya jika Yanto Oce kansnya didukung oleh PKB, kemungkinan calon wali kota diprediksi banyak kalangan terdapat empat yakni, Viman dari Gerindra, M Yusuf dari Gerindra, Ivan Dicksan dapat saja diusung oleh PPP dan Yanto Oce kemungkinan diusung oleh PKB. Namun juga tidak dapat dikesampingkan keinginan dan lobi-lobi dari petinggi-petinggi partai yang juga menginginkan untuk mencalonkan diri dan dapat saja direstui oleh pusat, semuanya masih sangat cair, dinamis dan akan sangat ditentukan oleh dinamika politik terkini. Perkembangan menjelang pencalonan masih sangat mungkin berubah-rubah sesuai dengan pembacaan politik dari berbagai kekuatan tersebut. Pastinya koalisi mungkin saja terjadi antara pebisnis-petinggi partai (politisi), politisi-ulama, politisi-birokrat (mantan birokrat), birokrat-ulama, atau pengusaha-ulama.
Pembacaan ini hanya sebagai gambaran umum, pastinya kita tunggu saja sesuai dengan jadwal pelaksanaan tahapan di KPU, di mana berdasarkan PKPU No.2 tahun 2024 tahapan penyelenggaraan diawali dengan pemenuhan persyaratan dukungan pasangan calon independen 5 Mei sampai dengan 19 Agustus 2024, pendaftaran pasangan calon 27 sampai dengan 29 Agustus 2024 dan KPU menetapkan pasangan calon tanggal 22 September 2024 dan pemungutan suara akan dilaksanakan 27 November 2024. Bagi masyarakat seperti kita sesungguhnya siapa pun figurnya yang penting orang yang amanah, dan berintegritas baik, mampu membawa Tasikmalaya lebih maju lagi. Semoga. (Subhan Agung MA)
Dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Siliwangi