Antara Takdir, Pengetahuan dan Tanggung Jawab: Menimbang Peran Perpustakaan di Pesantren

Pendidikan272 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Runtuhnya bangunan pesantren Al Khoziny di Jawa Timur baru-baru ini menyisakan duka mendalam sekaligus perenungan bagi kita semua. Di balik kesedihan itu, tampak jelas perbedaan cara berpikir beberapa kalangan pesantren dan masyarakat luar dalam memaknai peristiwa tersebut. Saya melihat perbedaan ini sebagai cermin dari dua pola pikir dan dua sudut pandang yang berbeda yaitu iman dan informasi.

Bagi warga pesantren, musibah dipahami sebagai ujian dari Allah. Mereka meneguhkan hati dengan kesabaran dan doa, sambil mencari hikmah di balik kejadian. Pola berpikir ini berakar kuat dalam nilai-nilai spiritual yang diajarkan di pesantren, ketundukan kepada takdir dan keyakinan bahwa setiap peristiwa membawa pelajaran batin. Dan memang sudah seharusnyalah seseorang yang beriman memiliki keyakinan tersebut.

Sementara itu, masyarakat di luar pesantren terutama kalangan akademik, media, dan profesi teknis lebih melihat dari sisi rasional. Mereka menyoroti aspek perencanaan, kelayakan bangunan, dan tanggung jawab pengelola.

Cara pandang ini muncul dari tradisi literasi ilmiah, mencari sebab, bukti dan solusi agar kesalahan tidak terulang. Hal ini harus kita terima dan jangan menganggap bahwa para ahli teknik sipil atau orang-orang yang punya sudut pandang berbeda, mereka tidak beriman akan takdir. Usaha perencanaan pembangunan yang diutamakan dengan mempertimbangkan standar keselamatan agar tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, begitulah harapan kita semua.

Sebagai pustakawan, saya percaya kedua pandangan itu tidak perlu dipertentangkan. Justru keduanya bisa disinergikan melalui literasi kebencanaan dan literasi spiritual. Dunia pesantren, yang selama ini menjadi pusat pendidikan moral, perlu memperkuat pengetahuan praktis dan informasi teknis tentang keamanan bangunan serta manajemen risiko. Sementara masyarakat luar pesantren perlu memahami kekuatan nilai-nilai religius yang mampu menumbuhkan ketenangan dan solidaritas di tengah bencana.

Di sinilah peran perpustakaan pesantren menjadi sangat penting. Perpustakaan tidak hanya tempat menyimpan kitab kuning atau buku agama, tetapi juga sumber ilmu pengetahuan umum yang penting untuk kehidupan. Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, pesantren sejatinya memiliki akar yang kuat dalam tradisi keilmuan.

Namun, tanpa dukungan literasi yang baik dan sistem perpustakaan yang hidup, tradisi itu akan kehilangan daya jelajahnya. Tentunya tanpa mengurangi peran kiyai sebagai guru dan suri tauladan untuk murid-muridnya.

Perpustakaan di pesantren seharusnya menjadi jantung pengetahuan. Ia menyediakan ruang bagi santri untuk menjelajahi dunia lewat bacaan, memperluas wawasan dari fikih hingga fisika, dari tafsir hingga teknologi. Melalui perpustakaan, pesantren dapat mempertemukan dua dunia, yakni ilmu agama dan ilmu umum, iman dan sains, spiritualitas dan rasionalitas.

Kenyataannya, masih banyak pesantren yang belum memiliki perpustakaan yang memadai. Koleksi terbatas, tata kelola belum profesional, dan literasi santri sering terhenti pada teks klasik. Padahal, jika kebiasaan membaca kitab dapat dipadukan dengan literatur kontemporer, santri akan tumbuh menjadi sosok berilmu luas dan berwawasan kemanusiaan yang utuh. Santri bisa menjadi sosok yang kritis terhadap ilmu pengetahuan namun memiliki adab yang tinggi.

Selain itu, perpustakaan dapat menjadi ruang belajar tentang tanggung jawab sosial dan mitigasi bencana. Koleksi tentang teknik bangunan, lingkungan, atau kesehatan bisa membuka kesadaran baru bahwa menjaga keselamatan adalah bagian dari ibadah.

Dengan demikian, pesantren tidak hanya mendidik santri menjadi ahli agama, tetapi juga warga yang peduli pada keselamatan sesama. Dalamkoleksi buku kesehatan masyarakat ada yang dinamakan kesehatan dan keselamatan kerja, di dalamnya mengatur bagaimana proses melaksanakan suatu pekerjaan harus memperhatikan standar-standar kesehatan dan keselamatan bagi pelakunya.

Pemerintah, lembaga pendidikan tinggi, serta masyarakat perlu memberikan perhatian lebih terhadap penguatan literasi di pesantren. Program digitalisasi koleksi kitab kuning, pelatihan pustakawan pesantren, serta pengadaan buku-buku ilmiah populer bisa menjadi langkah nyata. Bahkan, kerja sama antara perpustakaan daerah dan pesantren dapat membuka akses lebih luas bagi santri untuk belajar di luar pagar lembaganya.

Lebih jauh lagi, gerakan literasi santri perlu digerakkan. Kegiatan seperti bedah buku, lomba menulis, atau diskusi tematik bisa menumbuhkan semangat membaca dan berpikir kritis. Santri yang gemar membaca akan tumbuh menjadi penulis yang mampu menyuarakan gagasan Islam yang moderat, rasional, dan kontekstual. Di sinilah pesantren bisa menjadi pusat pencerahan literasi yang memadukan nalar dan nurani.

Runtuhnya bangunan pesantren di Jawa Timur seharusnya menjadi momentum reflektif, bukan sekadar peristiwa yang disesali. Ia menjadi pengingat bahwa takdir dan tanggung jawab tidak pernah terpisah. Takdir memang di tangan Tuhan, tetapi ikhtiar manusia menuntut pengetahuan. Membaca, mencari informasi, dan belajar dari pengalaman adalah bagian dari ibadah intelektual yang diajarkan Islam sejak wahyu pertama: Iqra’ bacalah.

Pesantren dengan perpustakaan yang hidup akan menjadi laboratorium peradaban. Di sanalah iman dipertemukan dengan ilmu, doa disertai data, dan kesalehan spiritual berpadu dengan kecakapan sosial. Para pustakawan, ustaz, dan santri harus bersama-sama menegakkan prinsip ini: bahwa membaca bukan hanya untuk menambah pengetahuan, tetapi juga untuk menjaga kehidupan.

Musibah bisa datang kapan saja, tetapi kebodohan bisa dicegah. Di tengah reruntuhan bangunan, semoga lahir kesadaran baru bahwa perpustakaan pesantren bukan hanya ruang sunyi berisi kitab, rak-rak pajangan, melainkan benteng ilmu yang menjaga agar tak ada lagi duka yang berulang karena kurangnya pengetahuan. (Lelis Masridah, SIP)

Penulis merupakan Tendik TU sekaligus Pustakawan Unsil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *