Dekadensi Moral dan Etika Generasi Z

Sosial, Teknologi330 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Kemunculan teknologi membuat dunia menjadi mudah untuk digapai. Teknologi yang semakin canggih membuat banyak kemudahan terjadi seperti dalam komunikasi jarak jauh, mudah mengakses berbagai hal, memperbanyak teman di penjuru dunia dan beberapa menjadi serba instan.

Perkembangan teknologi saat ini memberikan dampak yang luar biasa bagi semua orang, khususnya  media sosial yang sudah menjadi kebutuhan harian. Hal itu mempengaruhi cara mereka berinteraksi dan memahami dunia. Bak wajah, media sosial menjadi sarana tempat berekspresi, sarana menyalurkan buah pikiran, ide-ide yang cemerlang, bersosialisasi, serta mengemukakan pendapat. Berbagai aplikasi lahir untuk memudahkan kebutuhan orang-orang, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, serta banyak lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk saling terhubung antar desa, antar kota, antar negara juga antar benua.

Secara pragmatis, perkembangan teknologi bersifat multi interpretasi. Pada perspektif tertentu teknologi telah dianggap mampu memberi makna dan manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, dalam perspektif berbeda teknologi telah dianggap sebagai penyebab bagi kehancuran kehidupan manusia. (Herlambang, 2018: 129)

Seiring dengan meningkatnya koneksi global, masalah yang berkaitan dengan etika akan tumbuh juga terutama semakin banyak orang dari budaya yang berbeda bertemu satu sama lain secara online. Semakin cepat peradaban manusia tumbuh, semakin besar skala etika yang perlu didiskusikan dan dipraktikkan. Konsep etika menjadi lebih relevan dalam dekade terakhir seiring dengan kemajuan pesat peradaban manusia.

Etika menjadi salah satu hal yang menarik perhatian untuk dibicarakan saat ini. Pada perkembangan yang semakin cepat, generasi muda atau generasi Z dianggap memiliki etika dan moral yang buruk.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau sekitar 27,94% dari total populasi. Generasi ini dihuni oleh tahun kelahiran 1997-2012 dimana merupakan generasi yang selalu berhubungan dengan teknologi canggih dan juga dunia maya. Generasi Z yang dikenal sebagai generasi yang paling melek teknologi, Mereka menggunakan internet dan gawai untuk berkomunikasi, bertransaksi dan berbagai macam kegiatan di dalamnya.

Generasi Z merupakan generasi dengan hidup yang sangat digital. Kebiasaan generasi Z yang sudah menggunakan gawai menjadi pengaruh dalam kehidupan dan kepribadian mereka. Kebiasaan inilah yang membuat generasi Z mengalami krisis nilai moral juga etika. Banyak tatanan budaya di Indonesia yang perlahan hilang atau berganti dengan tatanan baru.  Seiring dengan kemajuan perkembangan teknologi serta perubahan menuju tatanan dunia baru pada abad ke-21 ini.

Gaya hidup yang dipengaruhi globalisasi menjadi tren bagi Generasi Z yang berdampak positif untuk kemajuan peradaban dan pengetahuan. Namun, tidak dapat dipungkiri hal itu juga membawa dampak negatif terhadap perkembangan moral remaja sekarang.

Adapun dekadensi moral di kalangan Generasi Z semakin akut ditandai dengan hampir setiap hari media massa dan media sosial dipenuhi berita kerusakan moral generasi. Perilaku hedonistik, tindak kekerasan, seks bebas, aborsi, kejahatan seksual, penyimpangan seksual, pornografi, pornoaksi, narkoba, perundungan/bullying, penghinaan agama, praktik prostitusi, dan sejenisnya, tampak sudah lekat di kalangan anak dan remaja masa kini. Berbagai platform media sosial bahkan telah menjadi lahan subur dan terbuka bagi merebaknya konten-konten amoral generasi.

Mirisnya, kemajuan dan kemudahan akses teknologi rupanya telah menjadi tantangan tersendiri pada era disrupsi ini. Bahkan bisa dikatakan, era ini tengah membawa ancaman serius bagi penjagaan moral generasi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dekadensi moral terjadi karena kian lemahnya fungsi agama di kalangan mayoritas masyarakat, dan masifnya proses sekularisasi di berbagai bidang kehidupan membuat agama hanya berperan sebatas agama ritual sekaligus sekadar identitas di atas kertas yang tidak berpengaruh apa-apa. Ditambah lagi dengan atmosfer kehidupan hedonistis, liberal, dan individualis juga makin memperburuk etika Generasi Z.

Hal tersebut juga ikut berkontribusi dalam perusakan kepribadian generasi seperti rapuh tanpa akhlak dan adab, liberal dalam berpendapat maupun berperilaku. Alhasil, rendahnya akhlak dan kurangnya adab melahirkan generasi berkepribadian sekuler.

Marilah belajar menjadi generasi muda yang berakhlak mulia dengan pemikiran yang cemerlang, serta membentuk kepribadian yang berbudi pekerti luhur. (Lilis Suryani SPd)

Penulis adalah alumni Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Unsil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *