Optimalisasi Sumber Daya Manusia Melalui Pembangunan Pendidikan

Ekonomi, Pendidikan44 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Era ekonomi terbagi ke dalam tiga gelombang, yaitu ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi. Gelombang ketiga inilah yang kemudian disebut dengan generasi economy knowledge atau knowledge management. Sejalan dengan pendapat tersebut, apabila ditelusuri dari historis perkembangan paradigma manajemen telah terjadi pergeseran peran Sumber Daya Manusia dalam organisasi pada setiap generasi manajemen.

Secara garis besar perkembangan tersebut terjadi pada generasi I (antara tahun 1800 s/d 1900): peran manusia dalam organisasi cenderung menampilkan diri sebagai the owner-manager and man-machine.

Di satu pihak manusia berperan sebagai pemilik yang merangkap manajer dan di lain pihak menunjukan peran manusia sebagai mesin penggerak organisasi. Perlakuan pemilik dan manajer organisasi terhadap tenaga kerja tidak berbeda dengan perlakuannya terhadap mesin-mesin produksi lainnya. Karena manusia dipandang sebagai mesin produksi belaka.

Pada generasi II (antara tahun 1940 s/d 1950): eksistensi manusia memainkan peran sebagai neurophysiological-machine (mesin yang berperasaan). Tenaga kerja manusia mendapat perlakuan lebih baik dibandingkan dengan generasi pertama, walaupun masih diperlakukan sebagai mesin produksi namun disadari bahwa manusia memiliki keunikan.

Manusia memiliki esensi, perasaan, harapan, dan keterbatasan daya tahan fisik (kelelahan). Pada generasi ke III (antata tahun 1960 s/d 1970) : peran manusia sudah bergeser ke arah pengakuan sebagai human resources management, kehadiran manusia sudah dipandang sebagai salah satu faktor produksi yang ikut menentukan keberhasilan usaha, namun memiliki karakteristik berbeda dengan faktor produksi lainnya sehingga mesti diperlakukan secara manusiawi.

Pada generasi ke IV (antara tahun 1980 s/d 1990) : peran sumber daya manusia menduduki posisi sebagai strategic human resources management. Sejak saat ini peran sumber daya manusia menduduki posisi stratejik dalam organisasi, karena produktivitas sumber daya lainnya akan banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan manusia untuk mengoprasikan dan mengendalikannya.

Pada generasi V (awal abad 20): peran sumber daya manusia dalam organisasi menjadi brainware management. Keberhasilan dan kegagalan organisasi akan sangat ditentukan oleh mutu kinerja sumber daya manusia yang ada didalamnya. Sumber daya manusia dibutuhkan sebagai brain power yang akan menciptakan berbagai karya inovatif dan membawa perubahan bagi kemajuan organisasi.

Pada generasi IV (awal abad 21): memposisikan peran sumber daya manusia dalam generasi knowledge management yang harus peka terhadap informasi global yang bersifat virtual dan membutuhkan persaingan global yang seolah tanpa batas (boarderless). Kendali organisasi ada di tangan sumber daya manusia yang menguasai perkembangan teknologi informasi dan memiliki bakat manajerial (knowledge workers), bukan lagi pada ketersediaan tenaga kerja kasar (blue collar) dalam jumlah yang banyak.

Paradigma Pembangunan Pendidikan

Pergesaran paradigma manajemen Sumber Daya Manusia seperti dijelaskan di atas berdampak pula pada perubahan peran manusia dalam organisasi. Hal ini menuntut adanya peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan organisasi, apapun bentuk organisasi tersebut.

Untuk menjawab tantangan ini, pendidikan merupakan salah satu jawabannya. Pasal 1 UU No. 23 tahun 2000 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Di era persaingan global yang semakin ketat, peran pendidikan menjadi semakin penting dalam rangka human investment. Organisasi akan membutuhkan kehadiran sumber daya manusia produktif, kreatif, inovatif, dan profesional. Dalam hal ini harus diciptakan strategi pedagogik untuk mewujudkan suasana kondusif untuk mewujudkan competitive intelligence dan memenangkan kompetisi bisnis global melalui kerjasama kemitraan dalam sebuah kolaborasi networking.

Proses learning dalam dunia bisnis diarahkan untuk mengangkat tacit knowloedge menjadi explicit knowledge, sehingga setiap orang bisa saling berbagi (sharing) untuk bersama-sama meningkatkan penguaaan knowledge dan kompetensinya.

Misalnya terkait dengan wawasan konseptual dan praktis tentang hal-hal sistem bisnis yang berlaku, mulai dari sistem konvensional sampai ke virtual enterprise, kondisi masyarakat yang multi kultural, perkembangan teknologi informasi (ICT) dalam bisnis, perilaku ekonomi nasional maupun internasional, pemberdayaan networking dalam mengembangkan bisnis, Issue dan masalah penting (crucial) terkait mutu sumber daya manusia.

Peningkatan mutu sumber daya manusia dapat dilakukan dengan berbagai arah dan startegi, baik melalui pre-service education maupun in-service eduation. Pada era sekarang persaingan bisnis mengarah pada kondisi knowledge-based economy. Keunggulan mutu sumberdaya manusia akan ditandai oleh sinergi antara keleluasaan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan teknologi informasi, yang diwujudkan dalam prilaku keseharian secara  nyata.

Pada gilirannya, hal ini akan mendorong organisasi untuk meraih competitive advantage and comparative advantage. Banyak hal yang dapat dipelajari dalam proses learning untuk menghasilkan berbagai perubahan dalam meningkatkan mutu kinerja SDM, yang dibarengi oleh penambahan penguasaan wawasan, peningkatan keterampilan, dan pengembangan moral kerja.

Terjadinya pergesaran peran manusia dalam organisasi dan bisnis, sebagai faktor produksi menjadi faktor kunci dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi, telah mengubah mindet para pemimpin dalam memberi sentuhan terhadap sumber daya manusia. Setiap personil memiliki potensi untuk berkembang dan menerima pendidikan. Learning Strategy merupakan instrument manajemen pendidikan dalam learning process untuk meraih berbagai keunggulan, terutama untuk menampilkan kinerja terbaik yang bisa mendukung terciptanya sumber daya manusia yang lebih bermutu.

Dengan demikian organisasi memiliki peluang untuk bisa bertahan hidup (survival), mengalami pertumbuhan (Growth), siap menghadapi tantangan (face up to challenges) dan memenangkan kompetisi (competitive and comparative adavantage). (Ardi Hidayat)

Penulis merupakan Dosen Universitas Mayasari Bakti (UMB) Tasikmalaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *