RADAR TASIKMALAYA – Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (PP no.86 tahun 2021). Dalam Peraturan Presiden no. 86 tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), olahraga terbagi menjadi 4 (empat) yaitu: olahraga rekreasi, olahraga pendidikan, olahraga prestasi dan industri olahraga yang di dalamnya termasuk wisata olahraga.
Lebih lanjut PP tersebut menjelaskan tentang masing-masing olahraga, dan pada tulisan ini akan fokus pada olahraga pendidikan dan olahraga prestasi. Olahraga Pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Sedangkan yang dimaksud olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan.
Olahraga pendidikan salah satunya dilaksanakan di sekolah-sekolah dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Mata pelajaran PJOK adalah suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk memfasilitasi anak dalam menemukan nikmatnya aktif bergerak dan menjadi sehat. PJOK mampu menyumbang aspek kebugaran, pencapaian akademik, kesehatan mental, pencegahan penyakit hipokinetik, pencapaian prestasi keolahragaan nasional, dan bahkan pembangunan karakter bangsa.
Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Olahraga (PJOK) bertujuan sebagai pembelajaran bagi peserta didik dalam: 1. Mengembangkan, menerapkan, dan mengevaluasi keterampilan, konsep, dan strategi gerak yang akan menjadi disposisi untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas jasmani dengan penuh kepercayaan diri, kompetensi, dan kreativitas; 2. Membantu dan memberi dukungan mereka dalam memilih gaya hidup sehat dan aktif secara jasmani; 3. Membangun dan menerapkan keterampilan sosial dan emosional melalui konteks pembelajaran yang menekankan nilai-nilai fair play, kerja tim, dan inklusivitas; 4. Menanamkan apresiasi dan mengembangkan sikap positif untuk aktif secara jasmani sepanjang hayat sebagai upaya peningkatan keseluruhan kualitas hidup (kemenristek, 2023).
Tujuan PJOK tersebut dituangkan dalam capaian pembelajaran setiap fase (fase A-F) dan mencakup 4 (empat) elemen yaitu: terampil bergerak, belajar melalui gerak, bergaya hidup aktif dan memilih hidup sehat. Elemen terampil bergerak dan belajar melalui gerak merupakan kekhasan pembelajaran PJOK yang merupakan proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani. Peserta didik diperkenalkan dengan berbagai aktivitas fisik (literasi jasmani) mulai dari gerak fundamental sampai gerak kecabangan olahraga. Dengan pembiasaan gerak dari sejak dini, diharapkan peserta didik menjadi orang yang bergaya hidup aktif sebagai salah satu cara untuk hidup sehat. Semua tujuan tersebut akan berusaha direalisasikan oleh sekolah, guru PJOK dan peserta didik melalui proses pembelajaran.
Setiap sekolah tentu tidak sama dalam hal pemenuhan sarana-prasarana pembelajaran PJOK. Ada yang terpenuhi ada juga yang tidak memenuhi standar minimal. Bagi yang sarana dan prasarananya terpenuhi, proses pembelajaran tidak akan mengalami kendala akan tetapi bagi sekolah yang sangat terbatas sarana dan prasarananya tentu ini memerlukan kreativitas guru agar pembelajaran tetap bisa berjalan sehingga tujuan PJOK bisa tercapai. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam memperlancar proses pembelajaran adalah dengan melakukan modifikasi.
Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru PJOK agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara mengubah, menyederhanakan sesuatu sehingga dapat memperlancar peserta didik dalam belajarnya. Modifikasi bisa dalam proses pembelajaran bisa dalam hal aturan, sarana prasarana yang penting tujuan pembelajaran bisa tercapai. Karena pendidikan jasmani bukan membuat peserta didik menjadi seorang atlet tapi cukup sampai mereka itu bisa melakukan sebuah gerak/keterampilan dengan benar sebagai bekal mereka pada saat memilih salah satu aktivitas/olahraga yang digemarinya sebagai media dalam meningkatkan kesehatan dan kebugarannya sampai kepada pencapaian prestasi cabang olahraga.
Pada saat pembelajaran bola basket, dan bolanya terbatas, maka guru bisa melakukan modifikasi bola contohnya dengan menggunakan bola voli untuk peserta didik perempuan. Pada saat pembelajaran kebugaran berupa aktivitas loncat tali untuk otot tungkai dan skipping-nya terbatas, bisa menggunakan karet gelang yang disusun. Masih banyak lagi contoh-contoh modifikasi yang bisa dilakukan dalam proses pembelajaran dan hal ini tergantung pada kreativitas seorang guru PJOK-nya.
Olahraga prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Di dalam undang-undang no 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. olahraga prestasi dapat didapatkan dengan persiapan yang matang agar tercapai akhir yang memuaskan.
Untuk mencapai prestasi optimal pada suat cabang olahraga, tentu semuanya harus “terstandarisasi” sesuai aturan yang berlaku di masing-masing cabang olahraga. Mulai dari organisasinya yang sehat, pemilihan atletnya sesuai karakteristik cabang olahraga baik kemampuan teknik, fisik, taktik dan mentalnya, pelatih yang sudah memiliki lisensi sesuai tingkatan prestasi yang diharapkan, program latihan yang standar untuk peningkatan prestasi, kompetisi yang diikuti harus sesuai aturan cabang olahraganya, dana yang dibutuhkan untuk pembinaan dan kompetisi terpenuhi dan sarana prasarana juga harus sesuai dengan standar.
Salah satu yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini adalah sarana dan prasarana yang standar sebagai pendukung dalam pencapaian prestasi suatu cabang olahraga. Atlet sudah diseleksi sesuai kebutuhan cabang olahraga, pelatih sudah dipilih yang punya lisensi dan pengalaman, program latihan sudah disusun dengan baik dan menerapkan sport science, kompetisi yang sesuai aturan cabang olahraga sudah banyak di gelar dan pemerintah beserta sponsor siap mendanai tinggal sarana dan prasarana latihan penentu akhir seorang atlet bisa bersaing atau tidak pada saat kompetisi.
Contoh sederhana di cabang olahraga bulu tangkis, Tasikmalaya dari dulu terkenal sebagai salah satu gudang atlet bulu tangkis nasional dan internasional. Contohnya ada Susi Susanti dan Lidya Djaelawijaya yang pernah menjadi tulang punggung Indonesia di kancah Internasional. Malah Susi Susanti pernah meraih medali emas olimpiade pada tahun 1992 di Barcelona dan sebagai apresiasi terhadap prestasi yang diperoleh Susi Susanti, pemerintah daerah Tasikmalaya membangun gedung bulu tangkis dan diberi nama GOR Susi Susanti yang berada di kompleks Olahraga Dadaha. Selain itu, walaupun tidak dibangun oleh pemerintah, Lidya Djaelawijaya juga memiliki gedung bulu tangkis yang bernama GOR Lidya yang berada di daerah Linggajaya, Mangkubumi Kota Tasikmalaya.
GOR Susi Susanti dan GOR Lidya beberapa tahun ke belakang pernah menyelenggarakan kejuaraan level provinsi sampai nasional. GOR Susi Susanti dan GOR Sukapura pada tahun 2018 masih sempat digunakan untuk menyelenggarakan kejuaraan bulu tangkis Sirkuit Nasional Premier. Akan tetapi kondisi saat ini GOR Lidya lapang utamanya sudah menjadi lapangan bola voli dan futsal dan kondisi GOR Susi Susanti sudah banyak yang harus diperbaiki mulai dari lantai, penerangan, kapasitas penonton, dan lain-lain. Fakta paling baru adalah Tasikmalaya tidak jadi tuan rumah kejuaraan bulu tangkis Sirkuit Nasional yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 22 – 27 April 2024 karena GOR-nya tidak memenuhi syarat.
Dari contoh di atas, jelas bahwa untuk mencapai prestasi di suatu cabang olahraga, suatu daerah harus mempunyai sarana dan prasarana sesuai standar agar atlet-atlet yang dibina bisa berlatih di tempat yang sesuai standar dan bisa menjadi tuan rumah kejuaraan-kejuaraan baik level provinsi, nasional sampai internasional. Jangan sampai atlet berlatih dengan prasarana dan sarana seadanya (tidak sesuai standar), tetapi pada saat pertandingan menggunakan prasarana dan sarana yang sesuai standar, sehingga atlet konsentrasinya terpecah dengan bagaimana adaptasi dengan prasarana dan sarana yang tidak dirasakan pada saat latihan. Jangan menuntut atlet, pelatih untuk bisa meraih prestasi optimal sampai maksimal di suatu cabang olahraga tapi prasarana dan sarana yang standar tidak disiapkan.
Kesimpulannya adalah Olahraga Pendidikan menjadi fondasi bagi para peserta didik untuk menyenangi gerak, literasi jasmani dengan berbagai modifikasi sehingga ada ketertarikan peserta didik untuk mencoba dan merasakan sebuah keberhasilan pembelajaran dan tertarik menjadi atlet suatu cabang olahraga yang dibina di ekstrakurikuler dan klub-klub olahraga. Olahraga Prestasi merupakan kawah candradimuka para atlet untuk meraih prestasi optimal sampai maksimal di cabang olahraga tertentu dengan melibatkan berbagai dukungan yang semuanya harus terstandar agar prestasi yang diharapkan bisa tercapai. (Dr Nanang Kusnadi MPd)
Penulis merupakan Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani FKIP-Unsil