RADAR TASIKMALAYA – Istilah berpikir kritis mungkin kerap kita simak dari berbagai penjuru sumber informasi. Kosakata itu nampaknya menjadi tren yang menunjukkan seberapa “elitnya” kemampuan seseorang dalam menyikapi suatu masalah. Dalam perbincangan ringan pun mungkin muncul lagi menjadi pemantik pembicaraan yang ditujukan untuk menimbulkan kesan bukan sembarangan dan tidak asal dalam membahas suatu topik asik pada obrolan. Mari kita reframing apa itu berpikir kritis, sehingga kita semua dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk berpikir analisis dan melakukan proses mental untuk mengevaluasi, serta menilai secara objektif terhadap suatu informasi, argumen, atau situasi, dan menyimpulkan suatu hal secara rasional dengan melibatkan bukti yang kuat sebagai dasarnya. Pada prosesnya pun seseorang berkemampuan mempertimbangkan berbagai sudut pandang, menguji kebenaran dan konsistensi argumen yang disertai dengan pengelolaan informasi yang bijaksana, mengidentifikasi kesalahan pemikiran, dan mempertimbangkan implikasi dari suatu pernyataan atau keputusan.
Seseorang yang kritis adalah individu memiliki sikap terbuka, skeptis, dan keinginan untuk terus belajar dan mencari pengetahuan baru. Seseorang yang kritis adalah individu yang peduli terhadap apa yang diaksesnya, dalam hal ini adalah yang menyadari dan peduli pada sumber informasi yang diperolehnya. Cara yang dapat menjadi acuan untuk memastikan keterpercayaan sumber informasi tersebut adalah dengan memperhatikan APPEAL-nya (westernsydney.edu.au/studysmart).
Kata ini merupakan akronim dari Author (penulis), Purpose (tujuan), Publisher (penerbit), Evidence (bukti), Audience (pembaca), Latest (terkini), atau dalam hemat penulis dapat dikatakan menjadi P3T2B (penulis, penerbit, pembaca, tujuan, terkini, bukti). Petunjuk akronim tersebut dapat menjadi panduan untuk kita terhadap sumber bacaan yang diakses apakah terpercaya dan meyakinkan.
Panduan Author dapat diwujudkan dengan mengenali dan mencari tahu siapa penulis/penutur informasi tersebut. Kita pun sebagai pembaca harus memiliki kepedulian tentang tujuan dari informasi tersebut itu dibuat untuk apa (Purpose), dan siapa yang mempublikasikannya (Publisher). Bukti-bukti argumen, data, dan informasi akurat (Evidence ) yang ditampilkan dalam teks/ tuturannya apakah bersumber dari sumber-sumber terpercaya, sehingga jelas target pembacanya siapa (Audience ), serta juga harus diperhatikan apakah informasi itu adalah yang terkini (Latest) sehingga yang kita peroleh adalah data terbaru dari sumber yang meyakinkan. Melalu panduan ini maka diharapkan tujuan dari berpikir kritis untuk mendapatkan pemahaman dan membuat keputusan lebih baik.
Selain itu, melalui panduan ini, kita dapat melakukan mitigasi sumber informasi sehingga dapat menghindarkan diri dari penipuan atau penyebaran informasi yang tidak akurat dengan kecermatan kita memilih sumber informasi terkait. Lebih jauh lagi berpikir kritis ini dapat juga dilakukan dengan pendekatan kritis.
Pendekatan kritis adalah metode dalam memandang, menganalisis, dan memahami suatu masalah atau situasi dengan menggunakan pikiran kritis. Pada wacana, analisis wacana kritis menjadi cara untuk mengungkap apa yang sebenarnya disajikan dalam teks yang pada prosesnya menuntut seorang penganalisis untuk mencermati berbagai lapisan unsur yang bermakna dan dilibatkan dalam suatu teks, baik itu tulisan atau lisan. Lapisan-lapisan unsur tersebut adalah unsur bahasa dan unsur-unsur terkait lainnya, misalnya unsur ekonomi, sosial, politik, dan budaya yang dapat digali sehingga dapat menguraikan ideologi apa yang tersembunyi dibalik teks tersebut.
Sejumlah ahli analisis wacana kritis meyakini bahwa teks mencerminkan dan memperkuat ideologi yang ada dalam masyarakat. Mereka menganalisis bagaimana ideologi tertentu dapat mempengaruhi pemikiran, sikap, dan tindakan individu dan masyarakat (van Dijk), bagaimana teks mencerminkan dan membangun relasi kekuasaan, serta bagaimana teks dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan individu dan masyarakat (Fairclough), bagaimana teks sebagai produk sosial dapat merefleksikan dan membentuk konstruksi sosial dan identitas (Wodak), dan bagaimana cakupan analisis diperluas dengan memasukkan dimensi multimodal, yang berarti bahwa dalam teks tidak hanya teks lisan dan tulisan, tetapi juga dapat berisi elemen visual seperti gambar, layout, warna, tata letak, dll (van Leuween).
Selanjutnya secara umum, langkah-langkah berikut ini adalah tahap- tahap yang dapat kita lakukan untuk menerapkannya. Langkah pertama yang dapat kita lakukan adalah melakukan mengidentifikasi masalah, yaitu dengan mencermati apa yang mendasari suatu permasalahan terjadi, menggali penyebabnya, dan memahami dampaknya. Kedua, mengumpulkan informasi dan bukti yang relevan. Ketiga, mengevaluasi dan menganalisis informasi secara kritis dengan mempertanyakan kredibilitas informasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan argumen.
Keempat, mengidentifikasi pola logika dan kesalahan pemikiran, yang dalam hal ini kita melakukan zoom in atau zoom out pada untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari argumen-argumen yang ada. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan yang rasional dan didasarkan pada bukti yang kuat, dan kesimpulan ini harus menunjukkan pemikiran yang objektif dan logis dan memberikan pilihan terbaik bagi masyarakat..
Berpikir kritis dengan pendekatan kritis memiliki bermanfaat untuk mendapatkan informasi yang relevan dan mengevaluasi argumen dengan cermat. Selain itu, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu masalah atau topik, mampu melihat detail, memahami implikasi yang lebih luas, dan memahami bagaimana berbagai ide atau fakta berhubungan satu sama lain. Dengan menggunakan pendekatan kritis, kita akan mampu menguraikan masalah, mengidentifikasi polanya, dan memahami bagaimana hal-hal berhubungan satu sama lain, sehingga membuat penilaian kita menjadi lebih akurat.
Berpikir kritis dengan pendekatan kritis mendukung pengembangan kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik, dan identifikasi solusi yang paling efektif atau alternatif yang lebih inovatif untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Berpikir kritis dengan pendekatan kritis adalah keterampilan yang berharga dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari.
Hal ini dapat memperkuat prinsip berpikir kita sehingga menjadi pemikir yang lebih cerdas, lebih obyektif, dan lebih siap menghadapi tantangan yang kompleks, karena berpikir kritis adalah kemampuan yang dapat ditingkatkan melalui latihan dan pengalaman. Latihan dan pengalaman ini adalah proses yang panjang dan penuh perenungan. Melalui perenungan (reflection), kita paling tidak dapat menyadari apa yang telah terjadi dan selanjutnya memiliki keputusan untuk melangkah ke arah mana yang akan dipilih, tentunya dengan segala kesiapan untuk semua konsekuensinya.
Mari kita selalu berusaha untuk terus belajar, dan terbuka terhadap sudut pandang baru. Bukan untuk menjadi sok akademis, tetapi inilah proses beradaptasi secara konsisten dengan perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga tetap dapat mawas diri untuk berkomitmen menjadi pribadi mandiri, dan tahu diri. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, itulah yang akan selalu menjadi pengingat bersambung tanpa ujung. (Dr Agis Andriani SPd MHum)
Penulis adalah Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Siliwangi