Banjar Gerbang Wisata Pangandaran: Saatnya Satukan Wisata Selatan!

Pemerintahan20 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Pangandaran selama ini dikenal luas sebagai destinasi wisata unggulan Jawa Barat. Pantainya yang mempesona, atraksi bahari yang lengkap, hingga branding yang kuat telah menempatkan Pangandaran di jajaran peta wisata nasional, bahkan mancanegara. 

Namun, di balik populernya wisata pantai Pangandaran, ada Kota Banjar sebuah kota kecil yang secara historis dan geografis sejatinya tidak bisa dipisahkan dari alur perjalanan wisata ke Pangandaran.

Hubungan historis-geografis antara Banjar dan Pangandaran ini agaknya masih kurang  dipandang sebagai sebuah fakta strategis dalam rangka menguatkan wisata Jabar Selatan. 

Sementara itu, Pangandaran sampai saat ini terus meningkatkan infrastruktur dan aksesibilitas agar tersedia jalur-jalur alternatif. Dari mulai akses udara, reaktivasi jalur kereta api Bandung-Pangandaran, hingga adanya rencana reaktivasi shuttle bus Sidareja–Pangandaran sehingga arus wisatawan dari arah Jawa Tengah bisa langsung menuju pantai tanpa perlu singgah di Banjar. 

Dari sudut kepentingan Kota Banjar, situasi tersebut menjadi tantangan tersendiri, tak ayal berpotensi mengurangi limpahan ekonomi transit masyarakat Banjar, baik dari sektor kuliner, penginapan, maupun perdagangan.

Mengingat tantangan tersebut, justru di sinilah pentingnya Banjar mengambil langkah strategis. Kota Banjar memang tidak bisa bersaing dengan Pangandaran dalam hal wisata alam. Namun berdasar pada fakta adanya hubungan historis-geografis, Banjar bisa memosisikan diri sebagai “Gerbang Wisata Selatan”. Banjar lebih dari sebatas kota lintasan, melainkan tempat singgah paling nyaman sebelum atau sesudah ke Pangandaran.

Wisata Transit

Salah satu konsep yang bisa ditawarkan Kota Banjar adalah Wisata Transit atau Stopover Tourism. Ide dasarnya sederhana: wisatawan singgah sementara sebelum atau sesudah menuju destinasi utama. 

Fokusnya bukan pada lama tinggal, tetapi pada kenyamanan perjalanan. Dalam kerangka ini, Banjar bisa menawarkan: Tempat istirahat nyaman: hotel transit, rest area, dan spot relaksasi. Spot kuliner khas: makanan lokal yang cepat saji tetapi autentik. Area rekreasi singkat: taman kota, wisata ringan seperti Situ Mustika, maupun Event singkat: pertunjukan budaya atau festival kuliner yang bisa dinikmati dalam beberapa jam. Dengan demikian, Banjar menghadirkan nuansa pengalaman singkat tapi berkesan. 

Diferensiasinya cukup jelas: Banjar menawarkan kenyamanan transit plus kekhasan kuliner-budaya yang tidak dimiliki Pangandaran. Inilah Transit Leisure Tourism, sebuah konsep wisata singgah yang berorientasi kenyamanan, kuliner, budaya, dan event.

Integrasi Pariwisata Banjar–Pangandaran

Semangat mendorong wisata Jabar Selatan ini adalah perihal kolaborasi dan integrasi regional. Bahwa pariwisata Banjar harus ditempatkan sebagai bagian dari ekosistem pariwisata selatan Jawa Barat. Di Jabar Selatan wisatawan tidak hanya datang untuk “menikmati laut” di Pangandaran, tetapi juga bisa memperoleh pengalaman kenyamanan singgah di Banjar.

Dengan konsep bundling destinasi, wisatawan yang menuju Pangandaran diarahkan untuk sekalian singgah di Banjar. Paket “Pangandaran plus Banjar” bisa dipromosikan bersama sebagai satu itinerary perjalanan wisata.

Kerja Sama Antarpemerintah Daerah

Untuk mewujudkan ini, maka perlu kerja sama antar Pemda. Pemerintah Kota Banjar harus aktif berkolaborasi dengan Pemkab Pangandaran, serta tentunya ada dukungan Pemprov Jawa Barat. Kerja sama ini bisa berupa promosi wisata bersama, integrasi rute perjalanan, hingga penyusunan kalender event lintas daerah. 

Misalnya, setiap kali Pangandaran mempromosikan paket wisata di tingkat nasional atau internasional, Banjar ikut masuk sebagai “destinasi penunjang” dengan slogan “Singgah dulu di Banjar, Gerbang Wisata Selatan.”

Praktisnya, Banjar dapat mengadakan event tahunan semacam festival budaya, kuliner, atau music yang waktunya sengaja ditempatkan berdekatan dengan musim liburan Pangandaran. Dengan begitu, wisatawan diarahkan: “Sekalian ke Pangandaran, jangan lupa mampir ke Festival Banjar.”

Jika Pangandaran menawarkan wisata bahari, maka Banjar misalnya dapat menawarkan wisata budaya perbatasan: pertemuan Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan kekayaan seni tradisi dan kulinernya. Visi besar dari kolaborasi ini bukan sekadar soal bagi hasil, tetapi tentang membangun ekosistem pariwisata selatan Jawa Barat yang saling menguatkan.

Tantangan Nyata

Visi ini tentu tidak mudah. Setidaknya ada empat tantangan yang harus dijawab: Pertama, Destinasi di Kota Banjar sendiri mesti diperindah di mana Situ Mustika, Pager Batu, dan objek wisata lokal lain harus direvitalisasi. Banjar juga perlu berbenah meningkatkan Fasilitas rest area, pusat kuliner malam, stasiun/terminal nyaman hingga hotel transit.

Promosi konsisten juga perlu diupayakan, yakni dengan mengintensifkan branding “Banjar Gerbang Wisata Selatan”. Hal penting lainnya adalah pelibatan masyarakat, UMKM, komunitas budaya, dan generasi muda menjadi aktor utama.

Banjar memang tidak memiliki laut biru atau pasir putih, tetapi justru di situlah peluangnya. Dengan mengupayakan positioning yang tepat sebagai Gerbang Wisata Selatan, Banjar bisa menawarkan Transit Leisure Tourism: pengalaman singgah sebentar, tapi berkesan.

Dengan adanya integrasi antara potensi Banjar dan Pangandaran dalam kerangka wisata Jabar Selatan, ke depan  Banjar diharapkan tidak lagi hanya “lintasan yang dilupakan”, melainkan menjadi tempat singgah paling nyaman sebelum atau sesudah Pangandaran. Kota transit yang ramah, kulinernya khas, budayanya hidup, dan event-nya menarik. Singkatnya: “Banjar, Gerbang Nyaman nan Berkesan Menuju Pangandaran.” (Firman Nugraha)

Penulis adalah pemerhati kebijakan publik Kota Banjar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *