RADAR TASIKMALAYA – “Tujuan seni adalah membersihkan debu kehidupan sehari-hari dari jiwa kita.” —Pablo Picasso
Tidak berlebihan memang jika kita mendalami kalimat yang diungkapkan Picasso tersebut. Kesenian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Seni, sebagai media dan ruang ekspresif telah tumbuh dan membudaya. Mengakar pada hal tersebut, kesenian memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas sosial-politik suatu negara.
Sering kali, proses penciptaan seni dilandasi oleh keresahan terhadap hal-hal yang terjadi di lingkup pemerintahan maupun masyarakat secara umum. Melalui seni pula, rakyat biasa bukan tidak mungkin sanat mampu menggulingkan rezim yang zalim. Upaya-upaya dalam penegakkan kesenian sebagai bagian dari kebudayaan bangsa telah banyak dilakukan.
Salah satunya, upaya penegakan kesenian yang menyasar pada pembinaan minat dan bakat seni mahasiswa, yakni Peksiminas.
Menyambut Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas), tiap-tiap provinsi di Indonesia telah menggelar “hajat kesenian” Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) dan telah menunjuk perwakilan terbaiknya untuk bertarung di kancah seni nasional. Terkecuali Jawa Barat. Alih-alih dikatakan sebagai hajat, penyelenggaraan Peksimida Jawa Barat tahun 2024 tidak semenarik yang diharapkan. Dambaan mahasiswa akan ajang kesenian yang kompetitif dan berkelas antar perguruan tinggi se-Jawa Barat harus sirna sebab penyelenggaraan Peksimida Jawa Barat berlangsung daring dan terkesan biasa-biasa saja.
Entah apa alasan ajang yang diselenggarakan Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) Jawa Barat tersebut dilaksanakan secara daring kembali ketika provinsi lain menggelar pesta kesenian yang lebih meriah dan berkualitas dari sebelumnya. Tercatat pada tahun 2022, di tengah ingar-bingar pesta kesenian di provinsi lain dengan acara dan hadiah yang menggairahkan, Peksimida Jawa Barat dilaksanakan secara daring. Bahkan informasi terkait penyelenggaraannya pun harus dicari sampai ke lubang semut.
Penulis sempat berpikir, barangkali BPSMI Jawa Barat memiliki harapan lebih tinggi dalam pengoptimalan penggunaan media daring yang dielaborasikan dengan kesenian. Tetapi nahas, pikiran penulis gugur ketika menyaksi pengumuman kejuaraan melalui siaran langsung YouTube hasil tautan Zoom sebagai media rapat utama.
Audio yang tidak dikelola dengan baik, kualitas visual yang buruk dan burik, adalah bukti bahwa penulis gagal membaca skema yang dilakukan BPSMI Jawa Barat, segagal BPSMI Jawa Barat mempersembahkan hajat kesenian bagi talenta-talenta terbaiknya. Tak berhenti di situ, kekecewaan membuntut ketika panitia (BPSMI) membuat keteledoran dalam pengumuman kejuaraan, yakni terdapat ketidaksesuaian nama mahasiswa dengan perguruan tinggi asal yang memunculkan berbagai asumsi. Sungguh mengecewakan mengingat momen tersebut seharusnya jadi puncak acara yang sakral dan penting bagi mahasiswa pegiat seni di Jawa Barat.
Terlepas dari ketidak seriusan BPSMI Jawa Barat dan jajaran panitia, penulis sangat mengapresiasi para peserta dari perguruan tinggi yang telah mempersembahkan mahakarya bagi Peksimida Jawa Barat. Semangat juang peserta pada masing-masing tangkai perlombaan jadi angin segar dari buruknya penyelenggaraan kompetisi tersebut. Persembahan mereka bukti bahwa talenta terbaik dan serius dalam berkesenian akan tetap lahir sekalipun di tengah sistem dan birokrasi yang amat buruk. Sangat disayangkan memang, jika Peksimida Jawa Barat belum dapat terlaksana dengan baik. Padahal talenta-talenta seni Jawa Barat akan lebih potensial jika saja pihak yang berwenang dan menaungi kesenian akan lebih peduli pada kesenian itu sendiri.
Berdasarkan penelusuran, Peksimida 2024 di beberapa provinsi melibatkan beberapa kampus sebagai venue pelaksanaan tangkai perlombaan. Sebut saja Jawa Tengah—juara umum Peksiminas 2022—lokasi tangkai lomba ditempatkan di beberapa kampus dan tidak terpusat hanya pada satu lokasi saja. Universitas Semarang, Universitas Pancasakti Tegal, Universitas Sebelas Maret, ISI Surakarta, Universitas Kristen Satya Wacana, dan beberapa kampus lainnya berkesempatan menjadi tuan rumah Peksimida Jawa Tengah 2024.
Tak ingin kalah dengan Jawa Tengah, sejawat Jawa lainnya pun melakukan langkah serupa. Jawa Timur, menunjuk Universitas Negeri Surabaya, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Negeri Malang, Universitas Ronggolawe Tuban, dan universitas lainnya sebagai tuan rumah Peksimida Jawa Timur 2024. Pertanyaannya, “Ada apa dengan Jawa Barat?”
Peksiminas sendiri merupakan ajang pembinaan bakat dan minat mahasiswa dalam bidang kesenian di bawah naungan Direktorat Jendera Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penyelenggaraannya dilakukan setiap dua tahun sekali dengan menunjuk salah satu BPSMI yang bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat untuk menjadi tuan rumah. Tahun 2024, BPSMI Jakarta bersama Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berkesempatan untuk menjadi tuan rumah pada September mendatang.
Dan mampukah Jawa Barat berbicara lebih banyak dalam Peksiminas 2024? (Azis Fahrul Roji)
Penulis merupakan alumnus UKM Teater 28 & Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Siliwangi. Aktif menulis puisi dan artikel