Penguatan Literasi dan Numerasi melalui Program Kampus Mengajar

Pendidikan229 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Program Kampus Mengajar merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Merdeka Belajar digulirkan Kemendikbudristek tahun 2019. Merdeka Belajar episode ke-2 (tahun 2021) adalah Kampus Merdeka yang di dalamnya terdapat Program Kampus Mengajar. Sampai saat ini (Juli 2024) program Kampus Mengajar sudah memasuki masa seleksi Angkatan 8. Pada tahap ini, mahasiswa dan dosen yang akan terlibat dalam program diseleksi secara administrasi dan substansi, kemudian setelah dinyatakan lulus mendapatkan penempatan di sekolah penugasan.

Program Kampus Mengajar memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studi dengan menjadi mitra guru dalam melakukan pengembangan strategi pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan di satuan pendidikan dasar dan menengah. Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan  keterampilan diri baik hard skill maupun soft skill. Adapun sasaran program Kampus Mengajar, yaitu mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi di bawah naungan Kemendikbudristek ditempatkan di sekolah penugasan di seluruh Indonesia dalam upaya peningkatan literasi dan numerasi di tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan dalam era global ini, literasi dan numerasi menjadi sangat penting. Hal ini mengisyaratkan bahwa sumber daya manusia Indonesia harus literat. Melalui literasi setiap orang dapat mengakses, mengolah, memahami, mengaplikasikan, bahkan mentransfer informasi kepada orang lain. Dengan demikian, setiap informasi dari berbagai belahan dunia dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup individu bahkan kualitas bangsanya.

Kemampuan literasi bangsa Indonesia dalam lingkup dunia dapat dilihat dari data PISA (Program for International Student Assessment) yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Data PISA pada 5 Desember 2023, Indonesia berada di peringkat 68 dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371). Unesco pun menyebutkan Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah dalam hal literasi dunia. Artinya,  minat baca bangsa Indonesia sangat rendah. Menurut data Unesco, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia telah melaksanakan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) mulai tahun 2015 dan Gerakan Nasional Literasi Bangsa (GNLB) mulai tahun 2016. Selain itu, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, program Kampus Mengajar merupakan salah satu program Merdeka Belajar yang digulirkan oleh pemerintah. Dalam pelaksanaan program Kampus Mengajar, mahasiswa dan dosen menjalin kerja sama dengan pihak sekolah untuk merealisasikan program kerja yang dapat meningkatkan literasi dan numerasi siswa.

Pada Program Kampus Mengajar, saya mendapat kesempatan menjadi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Angkatan 6 dan 7. Pada Program Kampus Mengajar 6 saya mendapat dua lokasi sekolah penugasan, yaitu SDN Langensari, Kecamatan Taraju dan SMP Muallimin Kecamatan Singaparna. Pada program Kampus Mengajar 7 saya mendapat satu sekolah penempatan, yaitu SDN Denuh Langensari Kecamatan Culamega. Sebelum dosen dan mahasiswa diterjunkan langsung ke sekolah, dibekali materi dan arahan langsung dari Tim Kampus Mengajar Pusat.

Setelah itu, observasi ke sekolah penempatan untuk mengidentifikasi masalah, ketersediaan sarana dan prasarana serta merumuskan program sesuai dengan kebutuhan sekolah terkait upaya penguatan literasi dan numerasi di sekolah. Dosen bersama mahasiswa menyusun RAK (Rencana Aksi Kolaborasi) yang berisi rancangan program kerja selama pelaksanaan program Kampus Mengajar. Program kerja tersebut meliputi: literasi, numerasi, adaptasi teknologi, pelestarian lingkungan, mitigasi bencana, dan pengembangan karakter siswa.

Berbagai kegiatan literasi diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan kreativitas siswa. Menumbuhkan budaya literasi dapat berupa pembiasaan membaca sehingga siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan dan merangsang perkembangan kognitifnya. Adapun berbagai kegiatan literasi yang dilaksanakan di sekolah antara lain: Literacy Day, Pojok Baca, Pengelolaan Perpustakaan dan program Go Perpus, Pohon Literasi, Mading Sekolah, Lingkungan Kaya Teks, Papan Perangkai Kata, dan Pemilihan Duta Literasi Sekolah.

Program Go Perpus atau hari kunjung perpustakaan diinisiasi agar siswa gemar datang ke perpustakaan, melakukan kegiatan kreatif di perpustakaan, dan mereview bahan bacaan yang ada di perpustakaan sekolah. Sedangkan Pohon Literasi dibuat untuk menempel  judul buku dan ringkasan hasil bacaan siswa. Berbagai program literasi diharapkan dapat mengasah kemampuan siswa dalam membaca dan menulis, mendekatkan siswa pada bahan bacaan serta memaksimalkan sumber bacaan yang ada di perpustakaan sekolah. Dengan harapan bahwa siswa dapat memiliki pengetahuan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain kegiatan literasi, beberapa kegiatan numerasi juga dilaksanakan guna meningkatkan kompetensi numerasi siswa. Numerasi (Kemdikbud) adalah kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Numerasi berkaitan dengan kemampuan menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk grafik, tabel, bagan, dan menggunakan interpretasi hasil analisis untuk memprediksi dan pengambilan keputusan.

Adapun berbagai kegiatan numerasi yang dilaksanakan di sekolah, antara lain: Numeracy Day, Teka-teki Silang Numerasi, Stick Mathematic, Pengenalan Angka dan bangun Ruang, Ular Tangga Matematika, Monopoli Numerasi, dan Poster Numerasi.

Implementasi program-program yang berkaitan dengan penguatan literasi dan numerasi memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan perkembangan peserta didik di sekolah. Kemampuan literasi dan numerasi yang baik memberikan dasar yang kokoh bagi individu untuk menjadi warga negara yang aktif, kritis, dan mandiri dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks dan beragam.

Dengan melaksanakan program Kampus Mengajar, mahasiswa menjalin komunikasi dan koordinasi dengan pihak sekolah seperti dalam presentasi dan realisasi RAK pada kegiatan FKKS (Forum Komunikasi dan Koordinasi Sekolah). Di akhir program, yaitu pelaksanaan Festival Literasi dan Numerasi. Dalam pelaksanaan program ini, mahasiswa didorong untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan abad 21 (berpikir analitis, penyelesaian masalah, kepemimpinan, manajemen tim, kreativitas dan inovasi, komunikasi interpersonal).

Dosen bersama mahasiswa dapat merealisasikan salah satu program tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Pengalaman berharga dan problem solving dalam menghadapi situasi sekolah yang beragam menjadi pengalaman yang berharga. Berkolaborasi dengan pihak sekolah sebagai mitra adalah kunci suksesnya realisasi program Kampus Mengajar.

Semoga program Kampus Mengajar dapat terus berjalan dengan mekanisme yang semakin baik, pemilihan mahasiswa yang selektif dan benar-benar ingin mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan. Seperti pada tagline Kampus Mengajar yaitu, belajar sambil berdampak. Sejalan dengan tujuan pendidikan yang diusung oleh Tan Malaka, yaitu pendidikan untuk mempertajam kecerdasan, memperkuat kemauan serta memperhalus perasaan. (Nita Nurhayati)

Penulis merupakan Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi (Unsil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *