RADAR TASIKMALAYA – Angka pengangguran di Indonesia masih terbilang tinggi, dari 149,38 juta orang angkatan kerja menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Februari 2024 yang bekerja sebanyak 142,18 juta orang, artinya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,82 persen. Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya orang yang bekerja naik sebanyak 3,55 juta orang atau angka Pengangguran Terbuka mengalami penurunan sebanyak 0,63 poin. (bps.go.id/2024).
Meskipun mengalami penurunan yang lumayan besar dibanding dengan capaian Negara lainnya seperti di ASEAN Indonesia menduduki peringkat pertama, hal ini terkonfirmasi dari International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional dalam laporan World Economic Outlook yang terbit April 2024 disampaikan dari 279,96 juta penduduk Indonesia, sekitar 5,2 persennya adalah pengangguran. Posisi ini lebih rendah 0,1 persen dari data tahun lalu yakni 5,3 persen. Di bawah Indonesia ada Filipina dengan tingkat pengangguran 5,1 persen. Posisi terakhir ditempati oleh Thailand dengan 1,1 persen. (imf.org/2024)
Di antara penyebab tingginya angka pengangguran disebabkan setidaknya oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal, adapun yang termasuk faktor eksternal di antaranya adalah kondisi ekonomi, kesenjangan lapangan kerja, persyaratan perusahaan yang terlalu tinggi, kesenjangan antara pekerjaan dan spesifikasi keahlian dan pertumbuhan penduduk.
Sedangkan faktor internal lebih ke personal dari angkatan kerja tersebut, bisa disebabkan diantaranya kurang atau tidak sesuainya keahlian kerja (skill) dan sikap/ mentalitas/attitude (soft Skill) dengan dunia kerja, atau bahkan tidak dimilikinya salah satu dari kedua keahlian tersebut.
Dari kedua faktor tersebut tentunya yang dapat kita usahakan adalah faktor internal, dari faktor internal tersebut mungkin kalau hard skill sudah dan sedang terus dikembangkan dikampus sehingga bisa matching dengan dunia kerja tetapi banyak yang luput dari perhatian terkait dengan soft skill padahal dunia kerja diera industri 4.0 ini banyak mengalami perubahan yang berdampak pada perubahan kebutuhan keahlian, Laporan World Economic Forum (WEF) yang diterbit kan pada tahun 2023, memuat 9 (Sembilan) daftar keahlian yang dibutuhkan pada tahun 2024 diantaranya adalah : Pemikiran analitis dan inovasi, Pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran Pemecahan masalah yang kompleks, Kemampuan beradaptasi dan mengelola perubahan, Kemampuan kerja sama dan kolaborasi, Kemampuan komunikasi dan keterampilan interpersonal, Kemampuan kreativitas dan pemikiran kritis, Kemampuan pemecahan masalah yang kreatif, Kemampuan pengambilan keputusan.
Dari Sembilan daftar keahlian yang dibutuhkan oleh dunia kerja diera sekarang ini tampak bahwa soft skill mendominasi kebutuhan keahlian oleh dunia kerja, hal ini jelas terkait dengan banyaknya pengalihan peran manusia dengan otomatisasi komputer.
SOFT SKILL, PEMBAGIAN DAN CONTOHNYA
Soft skill didefinisikan sebagai keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat yang berhubungan dengan kepribadian, sikap perilaku daripada pengetahuan formal atau teknis, (Mahasneh & Thabet, 2015). Soft skill berkaitan dengan kemampuan berbahasa, kebiasaan pribadi, keterampilan interpersonal, mengelola orang, dan kepemimpinan (Choudary & Ponnuru, 2015). Dapat disimpulkan bahwa soft skill adalah kemampuan yang di luar keahlian teknis berasal dari diri sendiri dan terwujud dari kemampuan mengelola diri dan juga mengelola lingkungannya atau orang lain.
Dapat dianalogikan dengan pemain sepak bola keahlian menendang, berlari dan merebut bola itu merupakan hard skill sementara soft skill-nya ditunjukkan dengan kemampuan untuk bekerja sama, inisiatif, kegigihan dan keberanian mengambil keputusan.
Pembagian soft skill terdiri dari pertama, intra personal skill yaitu kemampuan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri contohnya seperti manajemen waktu, manajemen stress, manajemen perubahan, mentransformasi keyakinan, mentransformasi karakter, proses berpikir kreatif, menentukan tujuan dan capaian hidupnya, mengakselerasi teknik pembelajaran.
Dan yang kedua adalah inter personal skill yaitu kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Contohnya, keahlian dalam motivasi, kepemimpinan, negosiasi, presentasi, komunikasi, membangun relasi, self marketing dan public speaking.
CARA MENGEMBANGKAN SOFT SKILL
Seperti kata pepatah “ kesuksesan itu bertemunya antara kesempatan dan kesiapan” seperti sudah disinggung di atas bahwa faktor eksternal dari pengaruh gagal atau berhasilnya tembus ke dunia kerja bisa dikatakan sebagai “kesempatan” dan faktor internal adalah “kesiapannya”. Kesiapan inilah yang dapat kita persiapkan, kalau hard skill sebagai salah satu komponen faktor internal sudah dipersiapkan maka bagaimana soft skill dapat kita siapkan atau kembangkan, sehingga kalau keduanya ada dalam posisi siap maka ketika bertemu dengan kesempatan yang di luar dengan kuasa kita, kesuksesanlah yang akan dapat diraih. Adapun hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan soft skill di antaranya bisa melakukan hal-hal berikut ini ?
- Aktif untuk berorganisasi atau aktif dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, dengan berorganisasi maka kita akan dapat belajar mengenai kepemimpinan, perencanaan, bagaimana memotivasi orang lain, manajemen konflik, negosiasi dan lain sebagainya.
- Aktif dalam kegiatan sosial atau keagamaan, seperti aktif menjadi relawan, dengan aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan kita bisa belajar beradaptasi dengan lingkungan baru, komunikasi dalam tim, dan problem solving, terlebih saat menjadi relawan di daerah bencana.
- Kerja magang atau kerja part time, dengan bekerja magang atau part-time akan memberikan kesempatan untuk lebih memperhatikan time management, team work, mengenal dunia kerja dan lain sebagainya.
- Mengikuti seminar atau workshop, Belajar tidak harus formal seperti sekolah atau kuliah, alternatif lain kita mengikuti kursus atau pelatihan untuk meningkatkan keahlian. Misal, mengikuti kursus penyiaran, pelatihan public speaking, atau belajar marketing dan lain sebagainya.
- Menempuh pendidikan formal, bagi yang masih sekolah atau ingin meningkatkan jenjang pendidikan, bisa meningkatkan soft skill dengan menempuh pendidikan formal pilih kampus yang lebih memahami dunia kerja dan mempersiapkan lulusannya agar sesuai dengan kebutuhan, serta memiliki komitmen dan program peningkatan soft skill mahasiswanya. (Rangga Munggaran SE MM)Penulis adalah Dosen Politeknik LP3I Tasikmalaya