RADAR TASIKMALAYA – Menjadi mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia berarti menenggelamkan diri dalam lautan ilmu pendidikan, kajian dan penelitian bahasa dan sastra Indonesia. Mahasiswa dituntut untuk memiliki kompetensi dalam tiga ranah keilmuan ini. Ilmu pendidikan sebagai dasar untuk menjadi pendidik. Ilmu bahasa dan sastra sebagai bidang keilmuan yang harus dikuasai.
Hal ini sejalan dengan Visi Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, yaitu menjadi program studi yang tangguh untuk membentuk calon pendidik yang unggul dan peneliti dalam bidang pendidikan, bahasa, dan sastra Indonesia, berwawasan kebangsaan, dan berjiwa wirausaha. Visi tersebut berusaha diwujudkan oleh seluruh civitas academika Pendidikan Bahasa Indonesia.
Untuk mewujudkan visi tersebut, dalam hal sastra mahasiswa diharapkan dapat menguasai ilmu sastra, keterampilan bersastra serta kreativitas yang mengarah pada produksi sastra. Mata kuliah yang ada di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia kaitannya dengan sastra antara lain, teori sastra, sejarah sastra, sastra nusantara, apresiasi (baik puisi, prosa dan drama) kemudian kajian (puisi, prosa, dan drama). Selain itu, ada pula mata kuliah pilihan meliputi: membaca dan menulis sastra, manajemen dan pergelaran sastra. Mata kuliah tersebut berupa teori, praktik dan pengembangan kreativitas mahasiswa dalam bersastra.
Secara sederhana, Horace (Ismawati, 2013: 3) menyatakan bahwa sastra itu dulce et utile, artinya indah dan bermakna. Sastra sebagai sesuatu yang dipelajari memberi banyak manfaat bagi pembacanya, baik berupa perenungan, hiburan, maupun refleksi kehidupan. Sebab sastra tidak turun dari langit, karya sastra hadir dari tangan penulisnya. Sastra merupakan cerminan zaman dan banyak karya yang mengungkap sisi historis dari sebuah peristiwa. Sisi historis ini diungkapkan penulis baik berupa peristiwa sejarah, maupun peristiwa batin yang dialami langsung oleh penulis ataupun respons penulis terhadap sebuah peristiwa yang diamatinya.
Peristiwa-peristiwa tersebut, saat ini tidak hanya terekam dari dunia nyata, tetapi perkembangan teknologi telah membawa kita pada kehidupan yang maya. Banyak orang menghabiskan waktu untuk berlama-lama hidup di dunia digital. Untuk menunjang kreativitas mahasiswa, saat ini media digital dapat dimanfaatkan secara optimal. Perkembangan sastra juga tidak hanya di dunia nyata dengan produk sastra cetak, melainkan juga di dunia maya dengan produk sastra digital. Kehadiran dunia digital melahirkan sastra digital.
Neuage (Septriani, 2016: 3) menjelaskan bahwa sastra digital atau lebih dikenal dengan Sastra Cyber diperkirakan lahir pada tahun 1990 dan mencapai popularitasnya pada tahun 1998. Komunitas-komunitas Sastra Cyber banyak bermunculan dengan memanfaatkan teknologi seperti situs, mailing list (milis), forum, dan kini juga blog. Tidak hanya itu, berbagai macam situs dan fitur jejaring sosial yang menawarkan publik mengembangkan kreativitas juga memfasilitasinya melalui Wattpad, FanFiction, Twitlonger, fitur catatan di Facebook, dan sebagainya.
Dengan keberadaan sastra digital ini, mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia dapat memanfaatkan media yang ada untuk mengasah kreativitas dalam bersastra. Pembuatan blog pribadi dapat menjadi wadah bagi mahasiswa yang memiliki minat dan bakat dalam menulis puisi maupun prosa. Demikian halnya dengan perkembangan media sosial yang dapat dimanfaatkan untuk publikasi karya, seperti publikasi pembacaan puisi, musikalisasi puisi, dramatisasi puisi, dan pementasan drama bisa dinikmati dan diapresiasi dari laman Youtube. Media sosial seperti Instagram (Infografis berupa laporan buku) dan Tiktok juga bisa dimanfaatkan untuk publikasi karya tersebut.
Selain untuk produksi karya sastra, keberadaan media digital juga dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan bahan bacaan (referensi), baik berupa teori sastra, artikel dan esai sastra, maupun penelitian tentang sastra. Saat ini, perpustakaan digital dapat diakses melalui iPusnas dan perpustakaan-perpustakaan digital yang disediakan oleh kampus seperti dalam layanan aplikasi e-book SIGITA (Siliwangi Digital Pustaka) Unsil. Dengan adanya kemudahan ini, diharapkan kreativitas tidak lagi dibatasi pada ruang-ruang media cetak yang hampir tidak mudah untuk didapati.
Koran atau majalah cetak saat ini sudah beralih pada dunia maya (media elektronik). Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia untuk terus menerus mengasah potensinya, memperkaya bacaan, dan memproduksi karya baik berupa tulisan maupun pementasan. Kreativitas membaca, menulis, dan berkarya dalam hal ini mendapat banyak keuntungan, ruang, dan kemudahan dengan cara memanfaatkan media digital dengan maksimal.
Pada akhirnya menulis dan membacalah dengan gembira. E.E. Kellet (Aminuddin, 1995: 37) mengungkapkan bahwa pada saat ia membaca suatu karya sastra, dalam kegiatan tersebut ia selalu berusaha menciptakan sikap serius, tetapi dalam suasana batin riang. Dengan demikian, selamat berselancar di dunia sastra dan merayakan karya dengan sukacita. (Nita Nurhayati SPd MHum)
Penulis merupakan Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Unsil