RADAR TASIKMALAYA – Pada hari Jumat, 7 November 2025, suasana khidmat ibadah salat Jumat di SMA Negeri 72 Jakarta berubah menjadi kekacauan akibat ledakan bom. Dua bom meledak di masjid dan dua bom meledak di bank sampah.
Dari hasil analisis di lapangan, bom yang terjadi di masjid diledakan dengan remote kontrol, sedangkan bom yang ada di bank sampah diledakan secara manual dengan membakar sumbu. Dunia pendidikan terkejut akibat peristiwa tersebut, yang paling mengejutkan adalah bahwa pelaku pengeboman merupakan siswa dari sekolah tersebut.
Belum berhenti di situ, dunia pendidikan kembali dikejutkan setelah seorang siswa SMPN 19 Tangerang Selatan meninggal dunia pada hari Minggu, 16 November 2025, di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta akibat dipukul oleh teman sekelasnya dengan menggunakan bangku kelas.
Ada kesamaan dari dua kejadian tersebut, yaitu terjadinya perundungan atau bullying. Pelaku pengeboman di SMA Negeri 72 Jakarta, berdasarkan beberapa sumber informasi, diduga merupakan korban perundungan yang akhirnya melampiaskan emosinya ke hal yang negatif.
Begitu juga siswa SMPN 19 Tangerang Selatan, ia meninggal dunia akibat perundungan yang dilakukan oleh teman sekelasnya di sekolah. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk menimba ilmu dan tempat yang aman, malah berubah menjadi tempat yang menakutkan bagi siswa.
Fenomena ini menunjukkan bahwa ada masalah mendalam dalam aspek sosial yang terjadi di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, penting bagi dunia pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai sosial kepada para siswa. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pembelajaran pendidikan jasmani.
Pendidikan Jasmani dan Nilai Sosial
Pembelajaran pendidikan jasmani memiliki karakteristik yang sangat erat kaitannya dengan pengembangan nilai sosial di kalangan siswa. Seperti yang dijelaskan oleh Coakley, J. (2017) dalam bukunya Sports in Society: Issues and Controversies, bahwa pendidikan jasmani memainkan peran penting dalam pengembangan nilai sosial, karena melalui olahraga, individu diajarkan untuk menginternalisasi nilai-nilai seperti kerja sama, disiplin, keadilan, dan rasa hormat terhadap orang lain.
Olahraga juga berfungsi sebagai sarana untuk memfasilitasi interaksi sosial yang positif dan membentuk karakter peserta didik dalam konteks sosial yang lebih luas. Olahraga mengajarkan siswa bagaimana berinteraksi secara sehat, menyelesaikan konflik secara damai, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ini menjadi landasan yang kuat untuk meminimalisir perundungan dan memperbaiki dinamika sosial di sekolah.
Senada dengan Coakley, Bailey R (2011) dalam artikelnya yang berjudul What Is PE? mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah aktivitas yang dibentuk secara sosial dan merupakan bagian dari budaya fisik yang lebih luas, di mana melalui kegiatan ini, individu dapat mengembangkan nilai-nilai sosial seperti kerja sama, disiplin, dan tanggung jawab.
Oleh karena itu, pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik siswa, tetapi juga berfungsi sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai yang mendukung terbentuknya karakter sosial yang baik.
Integrasi nilai sosial dalam pendidikan jasmani dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan. Salah satu contoh penerapannya adalah melalui permainan atau olahraga tim, seperti sepak bola, bola basket, atau voli, yang memerlukan kerja sama antar anggota tim.
Dalam kegiatan ini, siswa belajar untuk saling mendukung, berbagi peran, dan menghargai kelebihan serta kekurangan masing-masing anggota tim. Hal ini akan mengurangi potensi perundungan karena siswa belajar untuk menerima perbedaan dan bekerja sama.
Selain itu, olahraga juga dapat mengajarkan nilai disiplin. Setiap olahraga memiliki aturan yang jelas, dan untuk meraih kemenangan, siswa harus mematuhi aturan tersebut. Disiplin dalam melaksanakan latihan dan menjaga komitmen terhadap tim juga merupakan pelajaran penting dalam kehidupan sosial. Siswa yang terbiasa dengan kedisiplinan dalam olahraga akan cenderung menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hubungan sosial mereka di sekolah.
Lebih lanjut, dalam pendidikan jasmani, siswa juga dapat diajarkan untuk menghargai hasil kerja keras orang lain, baik itu rekan satu tim maupun lawan. Ini terkait dengan pengembangan nilai sportivitas yang sangat penting dalam membangun interaksi sosial yang sehat.
Dalam hal ini, siswa akan belajar untuk tidak merendahkan orang lain, meskipun mereka mengalami kekalahan atau kegagalan. Nilai sportivitas ini mengajarkan siswa untuk menghormati orang lain tanpa melihat perbedaan status, kekuatan, atau prestasi.
Pengintegrasian nilai sosial dalam pembelajaran pendidikan jasmani harus dimulai sejak dini dan diterapkan secara konsisten dalam seluruh kegiatan pendidikan jasmani. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suyanto A dan Setiawan A (2018) dalam jurnal International Journal of Sport Science and Engineering, integrasi nilai sosial melalui olahraga terbukti dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa, seperti komunikasi, kerja sama, dan penyelesaian konflik.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani tidak hanya berkaitan dengan peningkatan kemampuan fisik, tetapi juga dapat berkontribusi dalam membentuk karakter sosial siswa.
Pengintegrasian ini dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa diberikan tugas untuk bekerja dalam kelompok dan memecahkan masalah bersama.
Selain itu, guru pendidikan jasmani juga dapat memberikan penguatan positif terhadap sikap-sikap sosial yang baik, misalnya dengan memberi penghargaan kepada siswa yang menunjukkan kerja sama yang baik atau yang berhasil menunjukkan sportivitas meski dalam kondisi kalah. Menutup pembelajaran dengan menyampaikan nilai-nilai sosial yang positif. Dengan cara ini, nilai-nilai sosial akan semakin melekat pada diri siswa dan menjadi bagian dari budaya sekolah.
Dalam era yang semakin kompleks ini, dunia pendidikan dituntut untuk tidak hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademis, tetapi juga siswa yang memiliki karakter sosial yang baik. Pembelajaran pendidikan jasmani, yang mengedepankan nilai-nilai sosial seperti kerjasama, disiplin, sportivitas, dan tanggung jawab, merupakan sarana yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan mengintegrasikan nilai sosial dalam setiap aspek pembelajaran pendidikan jasmani, kita dapat membentuk generasi yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki karakter sosial yang kuat dan mampu menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis di sekolah. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi pendidik mata pelajaran pendidikan jasmani untuk lebih memfokuskan perhatian pada integrasi nilai sosial dalam pembelajaran, guna menciptakan atmosfer pendidikan yang lebih inklusif dan positif bagi semua siswa. (Muhamad Hanif Ramadhan MPd)
Penulis merupakan Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Universitas Siliwangi








