Satu faktor yang paling signifikan berhubungan dengan peningkatan volume sampah tersebut adalah kebiasaan masyarakat dalam membeli makanan secara daring (online).
Orang yang memiliki kebiasaan membeli makanan secara online memiliki kecenderungan 1,830 kali lebih besar untuk menghasilkan volume sampah yang lebih banyak pada saat pandemi dibandingkan dengan orang yang tidak terbiasa membeli makanan secara online.
Peningkatan volume sampah rumah tangga memerlukan perhatian lebih. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga yang efektif di Kota Tasikmalaya dimulai dari hulu yang menjadi sumbernya.
Semua pihak terlibat dan saling terkait. Dimulai dari sisi kebijakan pemerintah yang menjadi payungnya, juga peran masyarakat yang menjadi akarnya.
Dari sisi masyarakat, kita bisa memulai sendiri pengelolaan sampah dengan pengurangan timbulan di hulu yaitu rumah tangga kita sendiri. Setiap orang di rumah tangga bisa mulai menerapkan zero waste (nol sampah atau bebas sampah).
Zero waste adalah gaya hidup untuk bijak mengonsumsi dan mengelola kembali semua sumber daya sehingga bisa dimanfaatkan tanpa dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Konsep zero waste lifestyle diperkenalkan oleh Bea Johnson, seorang aktivis lingkungan yang dikenal dengan ”mother of the zero waste lifestyle”.
Konsep ini bisa diterapkan dengan 5R: Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, dan Rot.