Liburan Tanpa Ribet, Solusi QRIS Antarnegara di Destinasi Wisata

Ekonomi39 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Bulan Mei hingga Juni 2025 dipenuhi oleh deretan hari libur nasional, menghadirkan banyak akhir pekan panjang yang kerap dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur. Liburan menjadi momen berharga untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, baik ke luar negeri maupun ke berbagai destinasi wisata dalam negeri.

Dulu, bepergian ke luar negeri identik dengan satu ritual penting: mampir ke money changer untuk menukar rupiah dengan mata uang asing. Hal serupa juga terjadi di destinasi wisata domestik, di mana kebutuhan akan uang tunai sering meningkat saat liburan tiba. Aktivitas tersebut, meski umum, saat ini terasa kurang praktis di tengah arus digitalisasi yang terus melaju pesat.

Kini berkat inovasi QRIS Cross Border (atau QRIS antarnegara), transaksi lintas negara menjadi jauh lebih praktis. Sederhananya, sistem ini membuat kita bisa membeli apa pun di luar negeri menggunakan mata uang rupiah. Saat ini, QRIS Cross-border sudah bisa digunakan di Malaysia, Thailand dan Singapura. Ke depan, tentu saja perluasan QRIS Cross-border menjadi sangat mungkin terjadi karena implementasi QRIS yang mudah dan simple hanya dengan satu QR standar, kita bisa bertransaksi di luar negeri dengan dompet elektronik dan m-banking apa pun.

Sebaliknya, wisatawan asing yang berkunjung ke dalam negeri juga bisa bertransaksi dengan hanya memindai QRIS Merchant (penyedia barang dan jasa) Indonesia dengan menggunakan aplikasi pembayaran negaranya. Kemudahan ini tentu saja bermanfaat untuk semakin meningkatkan devisa negara melalui spending wisatawan asing di dalam negeri.

Mudahnya Wisata dengan QRIS Cross Border

Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, ditopang oleh kekayaan alam, budaya, dan keanekaragaman hayati yang tersebar di berbagai wilayah. Keindahan pantai tropis, kawasan pegunungan, situs sejarah, serta seni dan tradisi lokal menjadi daya tarik utama termasuk bagi wisatawan mancanegara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kunjungan wisatawan asing, Indonesia mencatatkan peningkatan signifikan dalam jumlah kunjungan wisatawan, utamanya mancanegara. Jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia pada tahun 2024 mencapai sekitar 13,9 juta orang, meningkat dibandingkan tahun 2023 yang sebanyak 11,7 juta orang dan 2022 sebesar 5,8 juta orang. Tren peningkatan tersebut berlangsung hingga tiga bulan pertama tahun 2025, di mana BPS mencatat sebanyak 2,7 juta jiwa wisatawan asing sudah berkunjung ke Indonesia.

Dengan QRIS Cross Border, wisatawan asing kini dapat bertransaksi lebih mudah saat berwisata di Indonesia. Saat menikmati keindahan Pantai Kelingking di Nusa Penida atau menjelajahi alam Raja Ampat, mereka cukup memindai QR di kios oleh-oleh, kafe, atau penginapan, dan langsung membayar menggunakan aplikasi pembayaran dari negara asal. Kelebihan lainnya dari QRIS Cross Border adalah konversi mata uang dengan otomatis sesuai tingkat kurs yang berlaku. Solusi ini bukan hanya praktis, tetapi juga berdampak pada peningkatan devisa negara, karena dana langsung tercatat dalam sistem keuangan nasional.

QRIS Cross Border nyatanya meningkatkan inklusi keuangan antarnegara karena sifatnya yang mudah diakses. Selain itu, penggunaan QRIS juga meningkatkan akseptasi digital, khususnya bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ke dalam platform digital, e-commerce, fintech, dan perbankan digital yang lebih luas, lebih cepat dan lebih murah. Sebagai informasi, berdasarkan data dari Bank Indonesia, sejak diluncurkan pada 2019 pengguna QRIS telah menembus lebih dari 51 juta orang dan 33 juta merchant ikut terlibat, termasuk pelaku UMKM.

Multiplier Effect Pariwisata Terhadap Perekonomian

Tidak hanya soal devisa, pertumbuhan sektor pariwisata dapat menciptakan multiplier effect bagi perekonomian. Geliat wisatawan meningkatkan aktivitas perdagangan barang dan jasa, yang pada akhirnya bisa menjadi penopang perekonomian. Akselerasi sektor pariwisata bisa menjadi “sweetener” di tengah kondisi global yang masih bergejolak. Ketika wisatawan datang, aktivitas jual dan beli akan terjadi, dari mulai makanan, akomodasi, sampai oleh-oleh. Peningkatan permintaan tersebut membuat produsen dan penyedia jasa untuk memperluas volume produksi yang pada akhirnya berpotensi memperluas lapangan pekerjaan. Dalam jangka panjang, dampak ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara lebih inklusif.

Masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton, tetapi ikut terlibat sebagai pelaku, baik sebagai penyedia homestay, pemandu wisata, pelaku UMKM, hingga pengrajin lokal. Pendapatan yang beredar di masyarakat pun meningkat, mendorong daya beli dan kesejahteraan. Selain itu, meningkatnya kunjungan wisata juga memicu pembangunan infrastruktur penunjang seperti jalan, bandara, dan fasilitas umum, yang turut memperkuat konektivitas wilayah dan mendukung sektor-sektor ekonomi lainnya. Dengan demikian, pariwisata menjadi sektor strategis yang mampu mengungkit perekonomian dari akar rumput hingga level nasional.

QRIS Cross Border sebagai Katalis Perekonomian

Pada akhirnya, kehadiran QRIS Cross Border bukan sekadar inovasi teknologi pembayaran, melainkan instrumen strategis untuk memperkuat ekosistem pariwisata nasional. Kemudahan transaksi lintas negara ini dapat menjadi katalis dalam menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, sekaligus memperluas peluang ekonomi bagi pelaku usaha lokal. Ketika digitalisasi bertemu dengan sektor riil seperti pariwisata, maka akselerasi pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan menjadi semakin nyata. Sudah saatnya seluruh pemangku kepentingan—baik pemerintah daerah, pelaku usaha, hingga masyarakat—bersinergi mengoptimalkan potensi ini. Dengan begitu, pariwisata digital bukan hanya wacana, tetapi kenyataan yang menguntungkan semua pihak. (Lupita Ramdhaina Yusuf)

Penulis merupakan Analis Yunior Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *