Liburan ke Jepang Tanpa Ribet, Saatnya QRIS Antarnegara Jadi Solusi

Ekonomi25 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Jepang sejak lama menjadi salah satu destinasi wisata paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Negeri Sakura menawarkan daya tarik lengkap, dimulai dari budaya tradisional yang terjaga, modernitas kota metropolitan, kuliner yang mendunia, hingga destinasi alam yang menakjubkan. Tidak mengherankan jika jumlah wisatawan Indonesia ke Jepang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Data Japan National Tourism Organization (JNTO) mencatat kunjungan wisatawan Indonesia ke Jepang yang cukup tinggi. Sepanjang Januari hingga Juli 2025 jumlah pengunjung asing ke Jepang mencapai 24,9 juta orang, melonjak 18,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dari jumlah tersebut, 373.600 wisatawan berasal dari Indonesia, menempatkan RI di peringkat ke-11 sebagai penyumbang turis terbanyak. Kondisi ini menunjukkan bahwa Jepang akan tetap menjadi magnet utama bagi pelancong Indonesia.

Tantangan Klasik

Namun, di balik peluang arus wisatawan tersebut, terdapat satu tantangan klasik yang hampir selalu dihadapi ketika bepergian ke luar negeri, termasuk ke Jepang: persoalan transaksi lintas negara. Wisatawan kerap dihadapkan pada keterbatasan pilihan pembayaran, antara lain karena tidak semua merchant menerima kartu internasional, adanya biaya administrasi tambahan yang cukup memberatkan, hingga kebutuhan menukar uang tunai ke yen dalam jumlah besar sebelum berangkat.

Kondisi ini sering kali menimbulkan kerumitan, mulai dari antrean panjang di money changer, risiko membawa uang tunai dalam jumlah besar, hingga ketidakpastian kurs yang fluktuatif. Situasi tersebut jelas tidak efisien, terlebih di era digital di mana masyarakat Indonesia semakin terbiasa dengan transaksi non-tunai berbasis QR code dan dompet elektronik.

Dengan kata lain, ada gap antara ekspektasi wisatawan modern yang menginginkan kemudahan pembayaran dengan realitas di lapangan yang masih bergantung pada mekanisme tradisional.

QRIS sebagai Solusi Transaksi Lintas Batas

Bayangkan kita sedang berbelanja oleh-oleh di Tokyo. Alih-alih harus menukar rupiah ke yen atau mengandalkan kartu kredit dengan biaya tambahan, kita cukup membuka aplikasi dompet digital di ponsel, memindai QRIS di merchant Jepang, lalu membayar dalam rupiah. Sistem otomatis akan mengonversi nilai rupiah ke yen sesuai kurs yang berlaku, sementara pedagang Jepang menerima pembayaran dalam mata uang lokal. Sederhana, cepat, dan aman.

Pada tahap awal, masyarakat Indonesia bisa menggunakan QRIS di 35 merchant di Jepang dengan memindai JPQR Global menggunakan aplikasi pembayaran domestik. Nantinya, cakupan merchant di Jepang akan diperluas agar semakin memudahkan wisatawan Indonesia.

Inovasi ini bukan sekadar memudahkan wisatawan. Lebih dari itu, QRIS antarnegara membuka jalan menuju ekosistem keuangan digital yang inklusif. Wisatawan Indonesia dapat bertransaksi tanpa khawatir membawa uang tunai berlebihan. Sementara itu, pelaku usaha Jepang mendapatkan akses pembayaran yang lebih luas tanpa harus menambah perangkat khusus.

Melengkapi Skema Local Currency Transaction

Inisiatif ini juga melengkapi kerja sama Local Currency Transaction (LCT) antara Indonesia dan Jepang yang disepakati pada 2019 dan mulai diimplementasikan sejak 2020. Skema ini memungkinkan penyelesaian transaksi langsung dalam Rupiah–Yen tanpa harus bergantung pada mata uang pihak ketiga seperti dolar AS. Dengan demikian, biaya konversi valuta asing dapat ditekan, risiko fluktuasi kurs berkurang, dan efisiensi transaksi perdagangan maupun investasi meningkat.

Kehadiran QRIS antarnegara akan memperkuat manfaat LCT dari sisi ritel dan pariwisata. Jika LCT lebih banyak dimanfaatkan oleh korporasi, lembaga keuangan, atau pelaku perdagangan besar, maka QRIS membuka jalan bagi masyarakat umum—khususnya wisatawan dan UMKM—untuk menikmati manfaat transaksi langsung dalam mata uang lokal.

Dengan kata lain, LCT dan QRIS adalah dua instrumen yang saling melengkapi: satu bergerak di ranah makro, yang lain memperkuat fondasi mikro. Sinergi keduanya dapat memperluas penggunaan Rupiah–Yen dalam berbagai sektor, mulai dari perdagangan hingga konsumsi harian.

Momentum Integrasi Ekonomi Digital Kawasan

Jika implementasi LCT dan QRIS antarnegara Indonesia–Jepang berhasil dan semakin diperluas, ini akan menjadi momentum penting bagi integrasi ekonomi digital kawasan Asia. Bayangkan jika QRIS tidak hanya menghubungkan Indonesia dengan ASEAN, tetapi juga dengan Jepang, Korea, bahkan China. Ekosistem pembayaran lintas batas akan semakin terhubung, mendukung pariwisata, perdagangan, hingga remitansi tenaga kerja migran kawasan Asia.

Bagi Jepang, inisiatif ini juga sejalan dengan upaya mereka memperluas akses wisatawan asing. Dengan kemudahan transaksi, wisatawan akan lebih leluasa berbelanja, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Sementara itu, bagi Indonesia, langkah ini semakin menekankan posisi untuk memperkuat sistem pembayaran digital kawasan.

Ke depan, keberhasilan QRIS antarnegara tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kerja sama erat antarotoritas, kesiapan pelaku usaha, serta literasi digital masyarakat. Jika semua pihak berkolaborasi, bukan tidak mungkin QRIS akan menjadi standar emas pembayaran digital lintas negara, dimulai dari Indonesia dan Jepang, lalu menjangkau kawasan Asia secara lebih luas.

Dengan begitu, wisatawan Indonesia bisa berfokus menikmati keindahan Jepang, tanpa lagi dipusingkan oleh masalah pembayaran. Sementara Jepang bisa semakin terbuka bagi wisatawan, didukung ekosistem transaksi digital yang ramah, cepat, dan efisien. (Lupita Ramdhaina Yusuf)

Penulis merupakan Analis Yunior Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *