RADAR TASIKMALAYA – Kontestasi politik lebih dari sekadar pertarungan untuk mencari popularitas, dengan memasang baligo di tiap tempat. Bukan hanya mendatangi sekumpulan orang di tengah masyarakat lalu tebar pesona, dengan berbagai gaya. Bahkan keramahan kerap dipaksakan, sebagai umpan kecil mengkostruksi citraan positif. Langkah muskil sekali pun akan dilakukan untuk mendongkrak elektabilitas.
Pemilu adalah kontestasi politik untuk memperebutkan jabatan. Persaingan antar kandidat ntuk meraih kedudukan yang telah disediakan. Setiap kandidat akan mengeluarkan berbagai kemampuannya untuk meraih kemenangan. Tidak sendirian, pasti dibersamai oleh tim, bahkan mungkin juga pemandu sorak.
Sebuah kontestasi mutlak akan melibatkan beberapa unsur penting di luar kandidat. Ada panpel, wasit, suporter. Di dalam tim sendiri, ada konsultan, manager (pemodal), mentor (pelatih), ada juga pasukan kulunu (tim senyap), yang di dalamnya bisa juga paranormal, biasanya untuk menghadapi faktor x, yang tidak relevan dengan logika.
Tim mesti berjuang semaksimal mungkin dengan sebuah planning yang baik dan terukur. Totalitas kerja semua sumber daya yang ada mesti fokus diarahkan pada tujuan utama, juara! Dan itu sangat menuntut pada kolektivitas pikiran, mental, juga langkah strategis.
Tiada alasan kalah bagi calon juara. Kausalitas juara adalah maksimalnya proses usaha. Soal takdir dibicarakan di tempat lain. Itu telah ditetapkan dan disimpan di rahasia langit. Perjuangan manusia adalah soal nasib, jalan hidup. Dan nasibmu, ada di tanganmu.
Allah tidak akan merubah nasib (seseorang) suatu kaum apabila ia tidak ingin atau mau merubah nasibnya sendiri (QS. Ar-Radu’ : 11).
Sebuah kontestasi adalah sebuah permainan yang tidak lepas dari kecurangan. Kecurangan sendiri disebabkan oleh beberapa sebab; semangat yang tinggi untuk meraih juara, kadang sering melupakan hal lain, salah satunya tentang aturan main. Kecurangan yang lainnya, terlahir dari kondisi cacat moral, dan kecurangan ini lebih sering disengaja dan direncanakan.
Kecurangan bisa dilakukan juga oleh kandidat yang kehilangan kepercayaan diri, karena publik menstigma ia berada di posisi buruk dan untuk menutupi itu biasanya melakukan upaya kurang terpuji. Melakukan money politics juga termasuk kecurangan yang dilarang oleh aturan.
Mencuri start kampanye, memasang baligo di tempat yang tidak diperkenankan oleh aturan juga, termasuk ke dalam kecurangan. Arti curang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tidak jujur; tidak lurus, tidak adil.
Sebuah kontestasi pasti akan melahirkan juara. Pemenang sejati adalah seorang yang mengalahkan nafsu serakahnya. Tak ada kemuliaan bagi juara yang prosesnya dilewati dengan kecurangan. Kalah lebih terhormat dari pada juara hasil rekayasa. Seorang pecundang adalah ia, yang telah menipu nuraninya.
Tak ada kontestasi tanpa penyelenggara. Penyelenggara yang baik adalah yang menyiapkan segala kebutuhan kontestasi dengan sempurna. Modal yang maksimal relatif akan menciptakan proses yang kondusif. Sumber daya manusia yang baik akan lebih menjamin suksesnya perhelatan. Sumber daya yang baik akan memperkecil terjadinya kesalahan di dalam menjalani proses.
Pemilu tinggal sesaat lagi akan tiba pada tanggal 14 Pebruari 2024. Merupakan puncak dari proses penyelenggaraan kontestasi. Semua pemilih harus hadir di bilik suara dengan segala bekal; akal, moral dan spiritual. Menentukan ujung dari segala hasil kontemplasinya. Ujung paku di atas meja itu, adalah ujung dari pengembaraan batinnya.
Kau akan menatap sejenak, sebelum paku batinmu dilesakkan ke wajah pilihanmu. Tusukan itu adalah ujung dari segala harapan dan doa yang dilfalkan untuk kehidupan orang banyak. Ini bukan soal hidupmu sendiri, tapi jutaan rakyat Indonesia. Batinmu mesti ditanya ulang, apakah yang kau pilih itu, benar-benar layak dan tidak ada persoalan serius di belakangnya? Atau kita lebih rela menghianati batin sendiri?
Memang benar sebuah permainan selalu diawasi oleh wasit atau pengadil. Yang paling baik adalah bersikap khusnudzon, tidak berprasangka buruk pada wasit yang berlaku tidak jujur. Tapi wasit bisa saja telah dibuat sakit oleh orang sakit.
Tapi rakyat adalah pemilih, sebagai penentu setiap keputusan akhir, sekaligus rakyat adalah sejatinya wasit yang akan menghukum semua kandidat dengan keputusannya.
Rakyat adalah pemilik sah dari segala wacana ini yang harus menentukan kedaulatan batinnya. Tidak terprovokasi oleh segala alibi yang menutupi segala parodi.
Rakyat adalah kuasa tertinggi. Tangan keputusan yang harus menentukan nasibnya ke depan. Rakyat adalah penentu kemenangan sekaligus yang harus membuktikan kualitasnya sendiri. Bahwa pemimpin berkualitas lahir dari rakyat berkualitas.
“Jika keadaan manusia sudah rusak maka yang jadi pemimpin adalah orang yang buruk.” (Tafsir Ad-Dur Al-Mantsur). (Yusran Nurlan)
Yusran Nurlan adalah seorang sastrawan, jurnalis, dan esais. Dia memiliki nama pena lainnya sebagai Yusran Arifin. Sekarang tinggal di Jalan Air Tanjung Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.