Humanware: Komputer Paling Sempurna yang Diciptakan Semesta

Teknologi11 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Manusia pada dasarnya memiliki sistem kerja yang menyerupai algoritma komputer serangkaian langkah logis, teratur, dan efisien yang digunakan untuk memproses informasi, mengambil keputusan, serta menghasilkan tindakan.

Dalam komputer, algoritma ditulis dengan bahasa pemrograman, sedangkan pada manusia, algoritma itu diwujudkan melalui mekanisme biologis dan kognitif yang sangat kompleks. Otak manusia berperan sebagai CPU (Central Processing Unit), pusat pemrosesan utama yang mengatur seluruh fungsi tubuh.

Ia menerima informasi dari “perangkat input” seperti mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah, kemudian memproses data tersebut menjadi persepsi, pemikiran, dan tindakan. Sama seperti komputer yang memiliki sistem operasi, otak manusia juga mengatur prioritas informasi mana yang penting dan mana yang bisa diabaikan agar efisien dalam mengambil keputusan.

Proses berpikir manusia juga mengikuti pola input–process–output, mirip dengan siklus algoritma komputer. Ketika seseorang melihat bahaya, misalnya ular di jalan, otak segera menerima sinyal visual (input), membandingkannya dengan data yang tersimpan di memori (process), lalu menghasilkan reaksi berupa tindakan refleks untuk menghindar (output).

Mekanisme ini bahkan berjalan tanpa kesadaran, menunjukkan bahwa tubuh manusia memiliki algoritma otomatis layaknya if–then–else dalam bahasa pemrograman komputer: jika ada ancaman, maka bertindak cepat.

Namun manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki komputer, yaitu kesadaran reflektif. Setelah bereaksi, manusia dapat menilai ulang tindakannya, memperbarui pemahaman, dan belajar agar di masa depan dapat bereaksi lebih tepat. Inilah bentuk “pembaruan kode” dalam sistem biologis manusia.

Memori dalam otak berfungsi seperti penyimpanan data (storage) pada komputer. Informasi baru disimpan dalam bentuk pola hubungan antar neuron yang diperkuat setiap kali diulang, sama seperti komputer yang menyimpan data dalam bentuk biner 0 dan 1.

Otak memiliki kemampuan penyimpanan yang jauh lebih fleksibel dibanding mesin karena tidak hanya menyimpan data mentah, tetapi juga hubungan emosional dan konteks dari pengalaman tersebut.

Misalnya, ketika seseorang mendengar lagu tertentu, ia tidak hanya mengingat nadanya, tetapi juga perasaan dan situasi saat pertama kali mendengarnya. Hal ini menunjukkan bahwa otak bekerja seperti database relasional, di mana satu data terhubung dengan banyak memori lain melalui jalur asosiasi.

Selain itu, cara manusia berpikir dan membuat keputusan juga mengikuti prinsip logika kondisional dan looping seperti dalam algoritma komputer. Manusia melakukan penilaian berdasarkan kondisi: jika lapar maka makan, jika bahaya maka hindar, atau jika berhasil maka ulangi perilaku tersebut.

Rutinitas harian seperti bangun tidur, mandi, bekerja, dan istirahat adalah bentuk looping behavior biologis yang diulang setiap hari. Dalam psikologi, pola ini disebut habit loop, di mana perilaku terbentuk dari isyarat, rutinitas, dan hasil (hadiah atau konsekuensi). Sistem penghargaan di otak, terutama yang melibatkan dopamin, berperan seperti feedback system pada mesin pembelajaran komputer, menguatkan perilaku yang menghasilkan hasil positif dan melemahkan yang negatif.

Algoritma komputer yang paling mirip dengan cara manusia belajar adalah machine learning. Mesin belajar dari data yang dimasukkan, kemudian memperbaiki dirinya berdasarkan kesalahan yang ditemukan. Begitu juga manusia, yang belajar dari pengalaman, kegagalan, dan keberhasilan. Proses ini disebut reinforcement learning, di mana otak memperkuat jalur sinapsis yang menghasilkan hasil baik dan melemahkan yang buruk. Misalnya, ketika seseorang mencapai tujuan dan merasa puas, otak akan mengeluarkan hormon bahagia yang memperkuat perilaku tersebut agar diulang lagi. Setiap pengalaman baru menjadi “data pelatihan” bagi otak untuk mengembangkan algoritma berpikir yang lebih efisien dan cerdas di masa depan.

Tubuh manusia juga memiliki sistem jaringan komunikasi yang sangat mirip dengan jaringan komputer atau internet. Sistem saraf pusat bertindak sebagai server utama, sementara saraf perifer menjadi kabel data yang mengirimkan perintah ke seluruh tubuh. Setiap neuron dapat berkomunikasi dengan ribuan neuron lain menggunakan sinyal listrik dan kimia yang disebut neurotransmiter.

Dengan sekitar 86 miliar neuron, otak manusia adalah “superkomputer biologis” yang mampu menjalankan triliunan operasi setiap detik. Sistem kekebalan tubuh manusia juga bekerja seperti firewall dan antivirus, mengenali ancaman berupa virus atau bakteri, lalu menjalankan instruksi pertahanan otomatis untuk menghapus ancaman tersebut.

Meskipun manusia dan komputer memiliki kemiripan struktural dalam hal algoritma, ada satu hal fundamental yang membedakan keduanya: kesadaran (consciousness). Komputer hanya mengeksekusi perintah yang sudah ditentukan, sementara manusia mampu menilai, memaknai, dan bahkan menulis ulang perintah itu berdasarkan pengalaman, nilai moral, dan tujuan hidup.

Kesadaran memungkinkan manusia bertindak bukan hanya karena logika, tetapi juga karena niat dan makna. Ia bisa menunda kepuasan demi tujuan yang lebih besar, membuat keputusan berdasarkan etika, dan menciptakan sesuatu yang belum pernah ada. Dalam bahasa algoritma, manusia bukan hanya program yang dijalankan, tetapi juga pencipta program yang mampu memodifikasi dirinya sendiri.

Secara keseluruhan, manusia adalah bentuk tertinggi dari sistem algoritmik yang pernah ada di alam. Otak berfungsi sebagai prosesor, saraf sebagai jaringan komunikasi, DNA sebagai kode sumber, memori sebagai penyimpanan, emosi sebagai sistem umpan balik, dan kesadaran sebagai komponen kreatif yang mengarahkan tujuan hidup.

Dengan semua elemen ini, manusia tidak hanya dapat berpikir dan bertindak, tetapi juga belajar, mencipta, dan beradaptasi tanpa batas. Itulah sebabnya mengapa konsep “algoritma komputer dalam diri manusia” tidak sekadar perbandingan teknis, melainkan refleksi filosofis bahwa kehidupan manusia adalah bentuk kecerdasan tertinggi perpaduan antara logika, biologi, dan kesadaran yang tidak bisa direplikasi sepenuhnya oleh mesin. (Ir Andi Nur Rachman ST MT)

Penulis merupakan dosen Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Siliwangi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *