RADAR TASIKMALAYA – Pilkada Serentak 2024 akan menjelang, 27 November hanya hitungan pekan. Para peserta pemilihan Wali Kota Tasikmalaya yang terdiri dari lima pasang calon saling berebut pengaruh dan menampilkan gagasan dalam kampanye pemilihan. Hal ini tiada lain untuk menaikkan tingkat keterkenalan, kemudian kesukaan yang berujung pada tingkat keterpilihan.
Yang menarik di antara metode kampanye yang dilakukan oleh para pasangan calon adalah dengan mengunjungi masjid di berbagai daerah pemilihan. Baik itu diundang dalam peringatan hari besar Islam maupun memberikan sambutan dalam acara pengajian masyarakat rutin pekanan. Ini menjadi pertanda bahwa masjid dipercaya menjadi magnet untuk menaikkan citra diri sekaligus media yang efektif untuk meningkatkan elektabilitas.
Apa yang dilakukan oleh para calon sesungguhnya sudah jalan yang benar dan tepat. Masjid sejatinya berdaya bukan hanya tempat sujud atau ibadah saja, akan tetapi menjadi rumah ziswaf, dan wahana pendidikan. Yang lebih penting lagi masjid menjadi penyedia fasilitas dan ekosistem muamalah untuk bisa berinteraksi dan memberikan edukasi bagi masyarakat.
Walaupun ada larangan kampanye di tempat ibadah, namun ketika tidak menampilkan atribut kampanye dan tidak juga menyampaikan ajakan, visi, misi dan program secara kumulatif, masih memungkinkan untuk memberikan pencerahan. Masyarakat pun sudah memaklumi dan mafhum dengan niat dan tujuan kedatangan bahwasanya ada calon wali kota atau wakil wali kota yang datang untuk bersilaturahmi dan berdialog untuk kemajuan.
Masyarakat Beradab
Masjid dalam sejarah dan fungsi utamanya menjadi simbol sekaligus inti dan pusat peradaban. Tempat di mana orang-orang yang tadinya jahiliyah menjadi tercerahkan. Sarana untuk menguatkan masyarakat yang lemah dan meningkatkan taraf kesejahteraan melalui mekanisme musyawarah, kolaborasi, program aksi dan kesetiaan terhadap otoritas keilmuan serta kepatuhan terhadap aturan hukum dan hikmah kebijaksanaan.
Masyarakat yang beradab lahir dari tradisi yang kuat akan kecintaan dan keberpihakan pada ilmu. Maka masyarakat yang maju dan berkelanjutan baik dari segi lahir maupun batin perlu untuk terus digali dan dikembangkan berbasiskan gagasan. Di sinilah pentingnya proses pendidikan dan kebudayaan yang dijalankan adalah untuk melahirkan orang-orang baik dan beradab sebagai bagian dari anggota masyarakat yang bertanggung jawab.
Kota yang teratur berakar pada tingginya tingkat keterlibatan dari masyarakat sipil yang beradab. Keadaban tersebut lahir dari kesadaran sebagai bagian dari kewarganegaraan dengan semangat kesukarelawanan. Kesadaran kolektif ini kemudian melahirkan gerakan perbaikan yang senantiasa mendasarkan pada tujuan bersama dan solidaritas sosial.
Fasilitasi dan penguatan kapasitas terhadap organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya, paguyuban dan kelompok kepentingan lainnya mutlak diperlukan. Peningkatan ini bertumpu pada narasi keberlanjutan untuk terus menjaga ketangguhan, kemandirian dan inklusivitas menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Idealitas masyarakat yang bertumpu pada persamaan, pluralitas, dan toleransi dengan tiadanya pemisahan antara agama dengan negara maupun agama dengan masyarakat. Namun justru saling menguatkan serta mengokohkan pondasi kebangsaan yang dibangun. Hal ini berdampak pada tatanan legitimasi yang kuat baik secara tradisional, kharismatik dan legal rasional.
Kebijakan Pro-Muda
Sebesar 58,76 % dari jumlah total daftar pemilih tetap Kota Tasikmalaya yang mencapai 543.990 adalah terdiri dari gen z dan milenial. Pemilih muda ini memiliki signifikansi dalam menentukan keterpilihan calon wali kota dan wakil wali kota pada pilkada serentak mendatang. Dalam optik remaja masjid dan generasi muda pada umumnya paling tidak ada beberapa hal kebijakan yang perlu didorong untuk kemaslahatan Kota Tasikmalaya ke depan.
Pertama, Jadikan masjid yang berdaya dan memberdayakan. Data rilis terakhir dari BPS Juli 2024, jumlah masjid mencapai 1.471 dan mushola sekira 248 di Kota Tasikmalaya. Masjid yang tersebar di berbagai wilayah ini dapat menjadi pusat bagi pemberdayaan masyarakat yang adil dan beradab. Masjid yang multifungsi yang bukan hanya aspek ibadah saja, tetapi juga berdampak terhadap sosial, ekonomi dan politik.
Kedua, pembinaan generasi muda yang berkelanjutan. Remaja masjid berfungsi menjadi kader masyarakat sebagai generasi pengganti dan harapan bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang. Maka proses multiliterasi harus bisa menjadi bekal pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan
Ketiga, menyediakan keterampilan dan akses bagi pekerjaan yang layak. Fasilitasi pelatihan dan bimbingan teknis kepada para generasi muda yang berbasis pada penilaian yang tepat serta berbasis pada kemandirian, kebutuhan dan ketersediaan sumber daya.
Keempat, diberikan ruang aktualisasi yang mendorong pada kesejahteraan. Berbagai aksi kreativitas dan pemenuhan hobi remaja harus dimulai dari ruang yang inklusif. Literasi untuk kesejahteraan dan kegemaran yang menghasilkan dapat difasilitasi melalui intervensi organisasi perangkat daerah yang terkait.
Kelima, perkuat partisipasi, keterbukaan dan kolaborasi. Lahirnya perkumpulan masyarakat yang beradab melalui partisipasi, kesukarelawanan, mobilitas dan kolaborasi menjadi keniscayaan bagi stabilitas suprastruktur di lembaga pemerintahan.
Pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Masyarakat Kota Tasikmalaya yang terkenal religius dan kreatif harus mengejawantah dalam sosok walikota dan wakil walikota ke depan. Siapapun yang terpilih nantinya adalah yang terbaik diantara yang baik. Semoga pemimpin yang terlantik dapat menjadi teladan bagi remaja masjid khususnya dan generasi muda Kota Tasikmalaya pada umumnya. (Encep Iik Mudzakir)
Penulis adalah Ketua PD Perhimpunan Remaja Masjid (Prima) DMI Kota Tasikmalaya.