Tenda Fadil bahkan berpintu. Kusen dan pintu kayu itu diminta dari rumah yang roboh total akibat gempa. Beberapa rumah di dekat situ memang roboh total. Ada yang mobil Xenia-nya masih terimpit di bawah reruntuhan.
Rumah mertua Fadil termasuk yang roboh total. Ibu mertuanya tergencet lemari yang roboh. Menantunyi mengungkit lemari itu. Lalu menggendong sang ibu mertua ke pinggir jalan.
Korban dan kehancuran terbanyak di arah barat kota. Di lereng Gunung Gede.
Rumah mertua itu berada di gang sebelah rumah Fadil. Sangat dekat. Di situ tinggal ibunya, adiknya dan suami adiknya. Mertua laki-laki Fadil sudah lama meninggal dunia. Jauh sebelum Fadil jadi menantunya.
Ayah mertua itu yang dulu membeli tanah yang kini ditempati rumah Fadil. Fadil mengenal istrinya sebagai sesama penggemar radio GSP, almarhum. Yakni saat sesama pendengar mengadakan copy darat. Lalu Fadil sering mengirim salam dan lagu lewat radio yang sama. Akhirnya kawin.
Waktu itu Fadil belum jadi wartawan. Ia masih bekerja di perusahaan mebel Olympic. Setelah menjadi wartawan Radar Cianjur –pesaing berat Cianjur Ekspress yang pemiliknya sama– Fadil sering melihat Google. Ia cari-cari model bangunan rumah minimalis. Selama satu minggu Fadil membanding-bandingkan gambar di Google. Hasilnya ia rundingkan dengan istri. Setuju. Pilih yang itu. Fadil akan membangun rumah di tanah mertua persis seperti rumah yang ada di Google.
Fadil pun menemui tukang di kampung itu. Ia dikenal sudah biasa membangun rumah. Rumah di seberang tanah mertua itu pun orang itu yang membangun.
Maka Fadil menyerahkan foto dari Google itu. “Tolong bangunkan rumah persis di gambar ini,” kata Fadil pada tukang tersebut.