Tunggu Ahli

Kalau ahli bilang tidak bisa lagi ditempati, Fadil akan membongkar rumah itu. Bongkar total. Untuk dibangun kembali. Kalau uangnya cukup.

Tenda yang ditempati keluarga Fadil berada di sebuah ladang kacang dan porang. Sekitar 50 depa dari rumahnya. Dekat sekali.

Fadil yang menemukan lokasi itu. Ia dituakan di kampung itu meski usianya baru 42 tahun. Fadil juga tahu siapa yang punya ladang itu. Maka, jam 4 sore, dua jam setelah gempa, Fadil menemui pemilik ladang. Pensiunan polisi. Sekitar 20 menit naik sepeda motor dari rumah retaknya.

Pemilik kebun mengizinkan bangun tenda di ladang kacang itu. Maka malam itu juga, ketika penduduk di gang itu sudah menggelar terpal di bawah pohon di pinggir jalan tenda-tenda dipasang. Untung tidak hujan malam itu. Gempa susulan susul-menyusul. Ringan di angkanya tapi berat di perasaan warga.

Kacang tanah dan porang itu dibabat. Tanah diratakan. Sekitar 20 tenda bisa didirikan di kebun itu. Satu tenda untuk satu keluarga. Bisa sangat pribadi.

Saya masuk ke dalam tenda keluarga Fadil. Hujan membuat jalan setapak menuju tenda itu dialiri air. Tenda Fadil yang paling ujung. Saya melewati tenda-tenda tetangganya. Semua sudah senyap. Mungkin sudah pada tidur.

Di dalam tenda Kang Fadil ini terlihat dua kasur besar terhampar di situ. Lantainya terbuat dari terpal. Di seputar tenda dibuatkan aliran air. Agar di saat hujan seperti ini air tidak masuk ke dalam tenda.

Pesawat TV dari rumahnya ia angkut ke dalam tenda. Demikian pula dispenser. Hanya dua barang itu yang ada di dalam tenda. Barang lainnya, termasuk pakaian, tetap di rumah yang retak. Alat-alat dapur ada di dapur umum. Di sebelah kompleks tenda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed