RADAR TASIKMALAYA – Menjadi seorang mahasiswa menjadi dambaan bagi setiap siswa usai menyelesaikan masa studinya di jenjang pendidikan menengah. Dengan beragam alasan, tidak semua siswa lulusan sekolah menengah melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan tinggi. Tetapi, daftar antrean calon mahasiswa di berbagai perguruan tinggi negeri maupun swata menunjukkan animo yang besar. Beruntung sekali, mereka yang sudah resmi beralih status menjadi ‘mahasiswa’.
Selamat datang di Universitas Siliwangi sebagai mahasiswa baru! Mahasiswa adalah siswa yang ‘maha’. Ia harus berbeda dengan masa lalunya sebagai ‘siswa’. Perbedaan itu bisa dikenali dari sistem pembelajaran dan beragam kegiatan yang berbeda dengan sistem pembelajaran dan aneka kegiatan sebelumnya. Kampus diambil dari akar kata ‘campus’ dalam bahasa Latin yang berarti lapangan yang luas atau tegal. Dari akar kata ini bisa dimaknai secara filosofis sebagai arena dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa untuk beragam kegiatan yang tersimpul dalam tridharma perguruan tinggi; pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Di sisi lain, lapangan yang luas itu bisa pula diartikan sebagai arena mahasiswa untuk beragam aktifitas dan aktifisme; dimulai dari aktifitas mahasiswa dalam organ intra kampus, kegiatan unit kreatifitas, hingga ‘gerakan’. Mahasiswa, dengan alur pikir dan idealismenya sendiri, menjadi episentrum perubahan. Tercatat, beberapa perubahan yang dilakukan oleh Mahasiswa di negeri ini, seperti: Gerakan mahasiswa tahun 1966 yang meruntuhkan orde lama yang kemudian dikenal sebagai eksponen 66, Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yang merupakan demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974 anti modal asing, hingga demonstrasi mahasiswa 1998 dan kerusuhan sosial yang meruntuhkan orde baru yang juga dikenal sebagai eksponen 1998.
Di negara-negara lain, gerakan mahasiswa mengacu pada beberapa perubahan mendasar, seperti: gerakan Mei 1968 di Perancis yang merupakan perlawanan terhadap segala bentuk kekuasaan. Gerakan pelajar dan mahasiswa saat itu menuntut “pembebasan moral” dan sekaligus menyatakan penolakan terhadap sistem universitas yang konservatif, masyarakat konsumtif, kapitalisme, institusi-institusi dan nilai-nilai tradisional. Gerakan perlawanan warga sipil di Myanmar semakin meningkat dengan bergabungnya para dosen dan mahasiswa dalam memprotes kudeta militer yang kemudian melahirkan peraih nobel perdamaian dan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.
Gerakan mahasiswa mengacu pada aktivitas kolektif yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka mengadvokasi atau memperjuangkan isu-isu tertentu. Gerakan mahasiswa seringkali muncul sebagai respons terhadap permasalahan sosial, politik, ekonomi, atau lingkungan di dalam maupun di luar lingkungan kampus. Gerakan mahasiswa sejatinya adalah gerakan yang positif yang membawa perubahan pada isu-isu besar yang hampir tidak bisa ditangani oleh para pengampu kepentingan di negeri ini. Namun, pada beberapa kasus seringkali ditunggangi oleh kepentingang-kepentingan lain di luar kepentingan perubahan itu sendiri sehingga berujung pada kerusuhan sosial.
Agar gerakan mahasiswa lebih bermakna, maka perlu adanya revitalisasi gerakan yang berujud pada:
Pertama, Gerakan Advokasi: Mahasiswa dapat membentuk kelompok advokasi untuk menyuarakan isu-isu spesifik, seperti hak asasi manusia, lingkungan, kesejahteraan sosial, dan lain-lain.
Kedua, Kampanye Pendidikan dan Kesadaran: Gerakan mahasiswa bisa lebih dititikberatkan pada kampanye pendidikan dan kesadaran untuk mengedukasi publik tentang isu-isu penting.
Ketiga, Aksi Sosial dan Kemanusiaan: Mahasiswa sering terlibat dalam kegiatan amal atau aksi kemanusiaan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Keempat, Diskusi dan Debat: Diskusi terbuka dan debat di dalam kampus merupakan bagian penting dari gerakan mahasiswa untuk merangsang pemikiran kritis dan mendiskusikan isu-isu kontroversial.
Kelima, Solidaritas: Gerakan mahasiswa sering kali berkolaborasi dengan kelompok-kelompok lain, termasuk serikat buruh, organisasi masyarakat sipil, dan kelompok aktivis lainnya.
Keenam, Perubahan Kebijakan: Melalui aktivitas mereka, gerakan mahasiswa dapat mempengaruhi perubahan kebijakan di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Dengan merevitalisasi gerakan mahasiswa pada suatu isu yang sangat dibutuhkan masyarakat, maka eksistensi mahasiswa bisa menjadi kiblat di mana masyarakat benar-benar merasakan kehadirannya. Sembari membayangkan, menganalisis, lalu memprioritaskan apa yang akan dilakukan pasca menjadi ‘sarjana’, tidak ada salahnya mahasiswa baru Universitas Siliwangi mulai memahami ideologi gerakannya. Sekali lagi, selamat datang mahasiswa baru Universitas Siliwangi. (Dr Yusep Rafiqi SAg MM)
Penulis adalah Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Agama Islam Unsil