RADAR TASIKMALAYA – Gender and Development approach (GaD) merupakan suatu upaya pemberdayaan perempuan yang muncul pada tahun 1980-an. Pendekatan ini sangat dipengaruhi oleh socialist feminist approach.
GaD menganggap bahwa kelas dan gender merupakan simbiosis pada tingkat tertentu. Bahkan, socialist feminist melakukan integrasi pengakuan diskriminasi gender dalam pekerjaan untuk mencapai keadilan dan kesetaraan bagi perempuan, untuk kelas pekerja, dan seluruh umat manusia. Peradaban manusia merupakan bentuk imajiner yang didorong oleh perubahan teknologi, mitologi, dan komunikasi. Transisi dari peradaban nomaden ke agraris, komersial, industri dan informatika dapat dianggap sebagai tatanan diferensiasi, kompleksitas, dan integrasi yang lebih tinggi. Peradaban seperti yang kita ketahui, adalah sebuah gerakan bukan sebuah kondisi, sebuah perjalanan dan bukan sebuah pelabuhan. Kemiskinan, kebodohan (tidak literated), keterbelakangan (ketertinggalan peradaban) masih ada di sekeliling kita. Bagaimana membangun bangsa, itu pertanyaan yang harus dicarikan solusinya secara bersama-sama. Tentunya diperlukan revolusi ilmiah yang dapat mengubah pemahaman umat manusia tentang dunia untuk dapat melakukan transformasi. Dimulai dari membangun cara berpikir yaitu HOTS (higher order thingking skill) dan berupaya untuk menjadi agent of education.
Peran dan pekerjaan perempuan mungkin telah diremehkan dalam kemajuan berbagai hal, tidak terkecuali bidang pendidikan. Pendidikan (mendidik atau mampu mendidik orang lain) dipandang sebagai kemampuan yang paling penting untuk menunjukkan peran perempuan dalam kapasitasnya dapat melakukan sesuatu. Penekanan ini diharapkan karena pendidikan dan transfer pengetahuan berhubungan dengan gender atau pekerjaan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada hubungan penting antara pendidikan dan pemberdayaan terbukti secara khusus, ada pengakuan akan pentingnya peran perempuan dalam mengubah norma budaya, mempromosikan jaringan, dan memperluas bidang keahliannya. Perempuan juga mempunyai jaringan yang kuat dan terkait secara timbal balik dengan kemampuannya melihat potensi dan manfaat apapun. Elemen-elemen pemberdayaan perempuan ini perlu dianalisis bersama masyarakat agar mereka dapat mengidentifikasi jalur untuk kesejahteraan masyarakat dimasa depan.
Bicara pendidikan tentu mempunyai makna yang luas. Pendidikan merupakan komponen well-being, dan dapat disebut sebagai faktor penentu dalam menentukan apakah sebuah negara masuk ke dalam kategori developed, developing, atau underdeveloped. Oleh karena itu, peran pendidikan menjadi parameter utama suatu negara. Lalu bagaimana ketika perempuan ingin menjadi bagian penting dari faktor penentu atau dapat dibilang sebagai faktor kunci tersebut. Perubahan cepat di dunia sudah tidak memandang gender, mana yang paling menentukan dalam hal kemajuan teknologi, inovasi ilmiah, peningkatan globalisasi, dan pergeseran tuntutan tenaga kerja. Peran dari ilmu pengetahuan menjadi semakin dominan dalam masyarakat global di abad 21 ini. Kemajuan yang pesat ini sebagai petanda revolusi industri 4.0 yang dikenal juga sebagai cyber physical system dan Internet of Things and Services (IoT dan IoS). Ini adalah sebuah transformasi yang komprehensif yang suka ataupun tidak suka, kita seperti diajak untuk berlari kencang dengan segala perubahan yang ada, tidak terkecuali proses pembelajaran di era pendidikan 4.0 yang dilakukan pada satuan tingkat pendidikan. Sebagai seorang pendidik harus berpikir cerdas bagaimana membelajarkan dengan cara yang benar dan relevan dengan tuntutan zaman. Untuk menjadi seorang profesional dalam belajar dan mengajar diperlukan setidaknya kesadaran untuk apa belajar, menyadari akan perlunya konten keilmuan, dan menyadari bagaimana belajar atau mengajar dengan cara/teknik yang benar (how teach/learn the true techique).
Belajar itu melibatkan pembentukkan makna dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut. Seperti yang diungkapkan Ausubel seorang ahli psikologi pendidikan yang memberi penekanan pada proses belajar yang bermakna. Makna yang dibangun bergantung pada pengetahuan yang sudah ada pada diri seseorang. Oleh karena pengalaman dan hasil bacaan perorangan berbeda-beda, maka hasil pemaknaan pun bisa berbeda pula. Banyak prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu unsur kompetensi pedagogik saling melengkapi satu dengan lainnya untuk mendapat kata makna yang lugas dalam proses dan hasilnya. Dalam hal ini proses pembelajaran atau cara informasi yang disajikan memegang kata kunci baik dalam konteks proses pembelajaran secara penerimaan atau penemuan. Secara langsung kegiatan pembelajaran ini sebagai edukasi kehidupan yang memberikan pengalaman belajar melalui transfer pengetahuan dengan melibatkan proses mental dan fisik melalui berbagai interaksi. Proses transfer pengetahuan ilmiah dipahami sebagai hubungan antara pembelajaran, integrasi, dan pemanfaatan sumber pengetahuan. (Dr. Diana Hernawati M.Pd.)
Dr. Diana Hernawati M.Pd. adalah Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi.