Pernyataan seorang Jach Welch yang merupakan pemimpin sekaligus pakar dalam menangani berbagai isu terkait masalah dengan individu atau pegawai, menurut Jack Welch, ada 4 kriteria tipe anggota tim di suatu organisasi. Tipe Pertama, mereka yang memiliki visi yang sama dan memiliki kompetensi, mereka adalah the future leader, mereka harus dimasukkan ke dalam jajaran the winning team dan menjadi penentu keberhasilan organisasi. Tipe Kedua, yakni mereka yang memiliki visi sama, tapi belum kompeten, mereka harus dilatih dan dikembangkan agar menjadi andal dan dapat diandalkan. Tipe Ketiga, mereka yang tidak memiliki visi yang sama tetapi kompeten, pilihannya diajak bicara dan diskusi, ditanya komitmen dan aspirasinya, bila masih tidak satu visi, maka mungkin dia memimpikan tempat yang lebih baik, jadi, let them go!. Sedangkan Tipe Keempat, mereka tidak memiliki visi yang sama dan tidak kompeten, maka bagi Jack Welch, solusinya jelas: Welcome to go!.
Maka, kemudian yang menjadi tantangan seorang pemimpin adalah bagaimana mewujudkan visi organisasi. Visi itu abstrak, bahkan bagi sebagian orang, visi itu tidak terkoneksi dengan keputusan organisasi sehari-hari, sebagai contoh apa hubungan visi dengan keputusan melakukan tender proyek dengan baik?, sebenarnya visi adalah sebuah “mimpi”, sedangkan tender proyek adalah persoalan keputusan organisasi sehari-hari, sehingga tantangan seorang pemimpin adalah bagaimana mengintegrasikan visi ke dalam aksi. Dalam situasi tersebut, prinsip lebih baik “tidur nyenyak” daripada “makan enak” sering memberi inspirasi dan akhirnya jadi solusi. “Makan enak” dapat diartikan sebagai mengedepankan keuntungan atau profit bagi organisasi, sedangkan “tidur nyenyak” berarti mengedepankan azas manfaat yang lebih dekat pada kebenaran, keadilan, kepatuhan, dan kepentingan organisasi. Sebenarnya yang kita inginkan adalah ‘makan enak” sekaligus “tidur nyenyak”, namun dalam prakteknya seringkali kita harus memilih salah satu dari keduanya, jika harus demikian, kita akan pilih yang mana? Untuk selanjutnya terserah anda!
Pelajaran lainnya dalam menyiapkan agen perubahan yang sangat berharga adalah pentingnya “kompas” atau petunjuk dalam bekerja, katakanlah bila kita diperjalanan untuk menuju ke suatu daerah tertentu kita sering kali membutuhkan peta jalan atau roadmap, akan tetapi peta tersebut tidak akan memberikan manfaat apapun bila kita tidak mengetahui arah mata anginnya, mana utara, selatan, barat, timur. Begitupun dalam manajemen sebuah organisasi, manakala kita telah memiliki perencanaan yang baik, memiliki corporate strategic scenario yang bagus, dan aturan yang lengkap, tapi dalam prakteknya seringkali kita mendapat gangguan (disturbance) dari kanan-kiri, depan-belakang, baik dari pihak internal maupun aksternal.
Tidak jarang berbagai intervensi muncul dan tekanan dari berbagai pihak berdatangan, dalam situasi seperti ini jika tidak memiliki “kompas” kita akan terombang ambing, ragu-ragu, kehilangan fokus (lost our sights), dan bahkan akan terseret arus kepentigan, maka disinilah perlunya “kompas”. Kompas bisa luas sekali maknanya dalam kaitan pengambilan keputusan manajemen yakni nilai-nilai yang kita anut, yang menjadi prinsip dasar kita bekerja. Kompas dapat menyelamatkan kita dari perilaku negatif seperti office politics yang ekstrem, sikap lempar batu sembunyi tangan, dan lain sebagainya, “kompas” adalah akal sehat, hati nurani, dan nilai-nilai etika dalam kehidupan yang melekat dalam diri seseorang. Akhirnya, kita sangat memerlukan agen perubahan, yakni agen perubahan yang adaptif, inovatif, inspiratif, dan mampu menciptakan nilai, memiliki etika dan moral yang baik, dan yang tak kalah penting adalah menghasilkan agen perubahan yang Ber-Tuhan, semoga! (Dr. Yusuf Abdullah, SE., MM)
Dr. Yusuf Abdullah, SE., MM adalah Ketua Program Studi Pasca Sarjana (S.2) Manajemen Universitas Siliwangi.