Hydro Green Iot: Sistem Monitoring Tanaman Hidroponik Terintegrasi

Pertanian251 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Mahasiswa adalah insan akademik yang dituntut mampu memberikan dampak perubahan pada seluruh generasi, karena mahasiswa sering dipandang sebagai sosok yang idealis dan menjunjung tinggi nilai-nilai ke ilmuwan. Pola pikir mahasiswa yang inisiatif, variatif, dan inovatif dinilai mampu mengabdikan diri dengan sikap yang aktif, progresif, dan dinamis sehingga tercapai tradisi pemikiran yang berlandaskan ke ilmuwannya sebagai ciri khas yang kental sebagai mahasiswa.

Sebagai mahasiswa yang memegang teguh asas Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni; penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat. Hal ini selaras dengan misi dari Universitas Siliwangi dengan “Melaksanakan pengabdian masyarakat sebagai wahana dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dari hasil proses pendidikan dan penelitian bagi kesejahteraan masyarakat”. Oleh karenanya, kegiatan Kuliah Kerja Nyata diharapkan mampu memberikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat selama ini.

KKN tergolong ke dalam kegiatan intrakulikuler mahasiswa dalam bentuk pengabdian ke masyarakat secara intredispliner yang lintas sektoral, hal tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa (Personality development) dengan mengembangkan kepekaan rasa, persepsi, dan kognisi sosial mahasiswa.

Melalui Program KKN-Tematik, kami mahasiswa Universitas Siliwangi mencoba mengidentifikasi, mengembangkan kapasitas masyarakat dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan pendidikan, keagamaan, sosial dan politik, baik formal maupun informal. Agar dapat melahirkan bangsa yang cerdas bukan hanya dalam keimanan dan ke taqwa-an, melainkan juga dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

KONDISI PERTANIAN

Indonesia yang merupakan negara agraris yang berpotensi besar dan melimpah ruah. Mengutip dari Subejo (2007) yang mengungkapkan bahwa pembangunan pertanian memiliki arti yang sangat strategis, bukan hanya untuk negara-negara berkembang saja, melainkan juga bagi negara maju yang mendapatkan perhatian dan perlindungan yang begitu serius. Membahas soal pertanian sama halnya dengan membahas kelangsungan hidup umat manusia, pertanian adalah penyedia bahan pangan, sandang, dan papan (Subejo 2007). Oleh karenanya potensi dari bidang pertanian harus bisa dioptimalkan dengan sebaik baiknya untuk menjaga Indonesia dari bencana kelaparan.

Ditinjau dari kondisi Desa Cijulang yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, membuat kami mahasiswa KKN Universitas Siliwangi mendalami apakah terdapat kendala dalam bidang pertanian. Terkhusus pada kelompok wanita tani rancage yang mengembangkan pertanian hidroponik pada tumbuhan selada bokor. Hidroponik sendiri adalah proses menanam tanaman tanpa menggunakan media tanah, melainkan menjadikan air sebagai pemenuh kebutuhan dari nutrisi tanamannya. Metode Deep Flow Technic (DFT) adalah metode yang menerapkan aliran nutrisi secara konstan dan terdapat genangan setengah jalan dari diameter pipa yang menggenangi akar tanaman. Namun kegagalan dari penerapan metode DFT sering terjadi pada saat proses pertumbuhan tanaman, hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemantauan terhadap unsur-unsur pertumbuhan pada tanaman hidroponik, seperti sirkulasi air, intensitas cahaya, kelembaban udara, dan suhu air yang menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh secara maksimal.

Pemilihan tempat menanam tanaman merupakan proses penting dalam pertanian, karena pertumbuhan tanaman sangat bergantung pada media dan hasil yang digunakan.  Menjaga posisi tanaman, keseimbangan unsur hara, dan perkembangan akar pada areal tanam secara optimal merupakan tugas utama areal tanam. Pada hakikatnya, hidroponik sering dilakukan pada lahan pertanian yang terbatas karena terintegrasi dengan praktik urban farming yang memanfaatkan air sebagai pengganti lahan, namun berbeda dengan pertanian yang menggunakan media tanam.

Media tanam dengan teknik hidroponik dianggap lebih ramah lingkungan ketimbang dengan menggunakan cara tradisional (menggunakan media tanah) karena tidak menurunkan kadar kualitas tanah dan tidak menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan (Julian, 2022). Dalam tumbuh kembangnya tanaman hidroponik terdapat parameter yang perlu diperhatikan oleh petani itu sendiri, terkhusus pada pH air yang akan mempengaruhi kemampuan tanaman dalam mengikat unsur hara yang melalui akar tanaman.

Sistem hidroponik yang dibangun mengimplementasikan sistem Microcontroller yang terintegrasi oleh sensor Internet of  Things pada sistem hidroponik Deep Flow Technique (DFT) yang didukung oleh panel Surya jenis Polycrystalline sebagai sumber daya energi alternatif yang dapat digunakan sebagai daya listrik utama untuk digunakan sebagai alternatif apabila terjadi kendala pada sumber listrik konvensional.

Dalam pengembangannya teknologi sistem monitoring tanaman hidroponik berbasis IoT, penyulingan tenaga surya dapat dijadikan solusi efisien dan efektif yang berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan energinya. Penggunaan dan penyulingan tenaga surya sejatinya memiliki beberapa keuntungan. Pertama energi matahari adalah sumber energi terbarukan dan tidak terbatas jumlahnya. Ha ini tentu sangat membantu dalam mengurangi ketergantungan kita pada sumber energi konvensional serta mampu mengurangi dampak negatif lingkungan yang diperoleh dari penggunaan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui.

Selain dari pada itu, pengendalian otomatis yang dilakukan oleh aplikasi utama dari Internet of Things (IoT) pada sektor pertanian sudah terintegrasi dengan sensor-sensor yang terhubung dengan perangkat pertanian itu sendiri. IoT sendiri memungkinkan pengendalian yang presisi dan otomatis terhadap berbagai aspek seperti halnya suhu kelembaban, pendeteksi nilai PPM nutrisi pada air dan nilai pH air yang terdapat di sistem DFT hidroponik. Dalam konteks ini pengendalian otomatisasi yang terintegrasi oleh (IoT) memberikan banyak keuntungan termasuk efisiensi penggunaan sumber daya, peningkatan produktivitas dan pengurangan kerugian hasi panen.

Dalam praktek pertanian tradisional, pengendalian suhu, kelembaban, nutrisi PPM dan pH air seringkali dilakukan secara manual atau hanya berdasarkan pengalaman petani. Namun dengan adanya sistem teknologi IoT ini monitoring otomatis dapat dijalankan secara digital dan cerdas berdasarkan data yang diperoleh dari sensor yang terpasang di sekitar lingkungan pertanian hidroponik.

Dari seluruh permasalahan yang ada salah satu hal pokok yang menjadi fokus pengabdian kelompok 02 KKN Universitas Siliwangi di Desa Cijulang adalah menciptakan inovasi alat monitoring pada tumbuhan hidroponik. Melihat dari kebutuhan dan dinilai perlu adanya digitalisasi dalam mengontrol tanaman agar dapat mempermudah petani dalam melakukan kontrol dan monitoring secara real-time. Bukan hanya itu keunggulan lainnya adalah alat ini dirangkai sedemikian rupa agar ramah lingkungan dan tidak menghasilkan dampak negatif pada lingkungan sekitar. Serta besar harapan kami, semoga inovasi atau alat yang diciptakan oleh mahasiswa KKN 02 di Desa Cijulang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin juga bisa di jadikan percontohan bagaimana menjadi petani millennials melalui digitalisasi sistem yang ada, serta mendorong masyarakat untuk mampu berkolaborasi dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) yang menjadi komitmen bangsa Indonesia dalam mewujudkan; Desa berenergi bersih dan terbarukan serta desa peduli lingkungan darat. (Oellien Noeha)

Penulis merupakan mahasiswa Universitas Siliwangi yang melaksanakan KKN 02 Cijulang Ciamis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *