Profesionalisme Kepemimpinan Pendidikan

Pendidikan196 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Setiap lembaga atau institusi pasti ada pemimpinnya untuk menggerakkan roda-roda organisasinya. Dengan menggunakan gaya atau tipe kepemimpinannya, seorang pemimpin harus sudah paham strategi untuk mencapai visi dan misi yang sudah dibuat oleh organisasinya.

Suatu lembaga atau institusi jika ingin berhasil dengan sangat baik, tentu harus dipimpin oleh pemimpin yang profesional. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profesional adalah sesuatu yang bersangkutan dengan profesi atau memerlukan kepandaian khusus dalam menjalankan pekerjaan yang mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Sedangkan arti profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.

Menjadi seorang yang profesional harus melalui pendidikan, pelatihan dan keterampilan, yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagai legalitas formal untuk melakukan pekerjaannya. Suatu pekerjaan secara profesional menuntut adanya keahlian dan keterampilan khusus pada pelakunya, dan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus. Betapa bahayanya apabila terjadi malapraktik di bidang pendidikan dibiarkan. Akan ada banyak generasi yang jadi korban.

Berdasar hal tersebut, pemimpin yang profesional adalah kunci. Pemimpin profesional akan dan harus memuliakan manusia dan meninggikan harkat serta martabatnya. Jika upaya ini berhasil, tentu harapan melahirkan generasi ideal yakni manusia yang mampu mewujudkan berbagai potensinya secara optimal, sehingga beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, berperasaan, berkemauan, berkarya, mampu memenuhi berbagai kebutuhannya secara wajar, mampu mengendalikan hawa nafsunya, berkepribadian, bermasyarakat dan berbudaya, akan tercapai.

Pemimpin adalah akumulasi dari sederet pengalaman amanah yang pernah diembannya. Sederet pengalaman itu, tidak begitu saja turun dari langit, melainkan lahir dari proses ikhtiar yang luhung dan beradab. Sehingga ketika seseorang terpilih untuk menjadi pemimpin, secara otomatis ia dipandang sebagai seseorang yang mumpuni dalam komptensi Kepribadian, Sosial, Manajerial, Supervisi, dan Kewirausahaan.

Pemeo mengatakan, tidak ada nakhoda tangguh lahir dari badai yang kecil. Risiko seorang pemimpin adalah konflik. Gangguan itu dapat datang dari mana saja, baik yang melekat sebagai garis institusional maupun di luar itu. Bagi seseorang yang lemah, jika dihadapkan pada dua gejala tersebut, mereka akan memilih lari untuk menjauhi persoalan. Akan tetapi di tangan seorang pemimpin profesional, konflik dipandang sebagai vitamin, sebagai pemicu untuk menggerakkan roda organisasi ke arah tujuan yang lebih baik dan visioner.

Kesuksesan setiap pemimpin dapat dilihat bagaimana cara dia dalam mengatasi masalah. Baginya, masalah kecil atau besar sama-sama harus diselesaikan, tidak ada yang dianggap sepele. Seperti pepatah “jarum jatuh pun harus terdengar” begitu kiranya pemimpin menyiagakan seluruh indranya.

Memang, menjadi pemimpin dalam bidang apa pun, lebih khusus dunia pendidikan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi kita yakin, di balik kesungguhan dan keikhlasannya akan mengalir amalnya meski ia telah tiada di dunia. (Gadriaman, S.E. M.Pd.)

 Gadriaman, S.E., M.Pd., adalah dosen MKK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *