LUKA bakar adalah cedera kulit yang terjadi karena rusaknya jaringan pada kulit akibat kontak dengan sumber panas seperti api, listrik, bahan kimia, dan radiasi sinar matahari. Kerusakan jaringan epidermis pada kulit ini akan menyebabkan reaksi inflamasi disertai keluarnya cairan dari jaringan (eksudasi), kulit akan melepuh dengan penampakan warna merah disertai rasa nyeri akibat saraf yang terganggu.
Dalam penyembuhan luka bakar, sangat dianjurkan untuk bisa memberikan efek menenangkan pada luka. Selain itu, untuk mempercepat proses penyembuhan luka bakar diperlukan suasana yang lembab untuk meningkatkan proses re-epitelisasi sehingga sel epitel dapat bermigrasi dan menstimulasi proliferasi (proses pengulangan siklus sel). Biasanya digunakan pembalut luka serta obat atau salep dalam bentuk gel yang mengandung bahan untuk melembabkan. Bahan utama yang dapat melembabkan luka dan mempercepat penyembuhan adalah kolagen. Kolagen ini dapat menyembuhkan pada bagian jaringan konektif pada kulit.
Penyembuhan Luka
Saat jaringan pada kulit rusak, akan terjadi inflamasi sehingga makrofag akan melepaskan sitokin proinflamasi berupa Tumor Necrosis Factor – (TNF – ). Pada fase inflamasi ini terjadi stress oksidatif pada luka akibat terbentuknya Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat memperparah peradangan pada luka sehingga terbentuk malondialdehid (MAD) sebagai produk dari katabolisme lipid pada proses stress oksidatif. Setelah itu, akan akan mengalami fibi oblastik dengan terbentuknya kolagen yang ditunjukkan dengan adanya jaringan granulasi berwarna kemerahan. Pada kulit ikan, terkandung kolagen, omega – 3, asam lemak tak jenuh, asam eikosapentanoat, dan asam dokosaheksanoat yang sangat melimpah yang dapat mengurangi respon inflamasi sehingga dapat memicu terjadinya sitokin proinflamasi yang di sekresi sel trombosit untuk mempercepat penyembuhan luka. Akan terjadi proliferasi dengan menginduksi suatu protein faktor pertumbuhan yakni Fibroblast Growth Factor (FGF) dan Transforming Growth Factor-β (TGF-) sehingga akan menstimulasi pembentukan fibroblast yang akhirnya menghasilkan matriks ekstra selular dan keratinosit untuk membantu dalam pembentukan kembali sel epitel pada kulit.
Penggunaan Kandungan Kolagen pada Kulit Ikan
Kolagen merupakan material dengan struktur berbentuk serat yang menjadi komponen utama pada lapisan kulit dalam (dermis), tendon, gigi, dan tulang rawan. Kolagen termasuk pada jaringan pengikat yang mengandung fibril kolagen. Kolagen tersusun atas asam amino yang dapat melembabkan kulit dengan presentase glisin sekitar 35%, alanin 11% , serta kandungan prolin dan 4-hidroksiprolin yang mencapai kira – kira 21%. Keberadaan prolin dan hidroksiprolin ini yang menyebabkan kulit ikan memiliki tingkat elastisitas lebih tinggi dibandingkan kulit unggas. Struktur dasar dari kolagen dikenal dengan tropokolagen. Tropokolagen ini dapat membentuk ikatan yang disebut mikrofibril yang berupa ikatan paralel. Kolagen banyak terdapat pada kulit ikan, menjadikan kulit ikan memiliki potensi yang besar dalam penyembuhan luka bakar sebagai pengobatan tradisional.
Kulit ikan ini seringkali dipandang sebelah mata dan dibuang begitu saja tanpa kita tahu bahwa terdapat manfaat yang cukup besar dalam kandungan kulit ikan tersebut. Dengan memanfaatkan kulit ikan sebagai sumber kolagen untuk terapi dalam penyembuhan luka bakar, dapat mengurangi penggunaan bahan pembalut kain / perban yang tentu saja kurang ramah lingkungan. Berdasarkan percobaan dalam mengobati luka bakar yang dilakukan oleh Dr Jose Frota Institute Burns Unit di Fortaleza, digunakan kulit ikan nila atau ikan tilapia untuk mengobati luka bakar, yang mana telah kita ketahui bahwa ikan nila ini banyak terdapat di Indonesia.
Pemanfaatan kolagen untuk menyembuhkan luka bakar dapat melalui pembalutan dengan kulit ikan. Kandungan kolagen pada kulit ikan memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan kandungan kolagen pada unggas. Selain kolagen, kandungan lain pada aselular kulit ikan adalah fibrin, proteoglikan, dan glikosaminoglikan yang berperan dalam regenerasi pada kulit. Kolagen pada kulit ikan juga bebas dari sumber – sumber penyakit yang dapat menjangkit hewan ternak / unggas, seperti Foot and Mouth Disease (FMD), Transmissible Spongioform Encephalopathy (TSE), dll.
Pengobatan luka bakar dengan kulit ikan ini sebenarnya telah dikembangkan oleh tim peneliti yang dikepalai oleh Dr Odrico Moraes di Nucleus of Research and Development of Medicines (NPDM) di Federal University of Ceara (UFC). Kulit ikan yang akan digunakan untuk pengobatan luka bakar dipastikan telah disterilkan dan didinginkan sampai beku sehingga dapat dipastikan bebas dari bakteri dan kuman. Apabila kulit ikan tersebut sudah steril dan aman dari bakteri maka dapat langsung digunakan dengan menempelkannya pada bagian kulit yang terluka, kemudian dapat dibungkus dengan perban. Dengan menggunakan kulit ikan dalam pembalutan luka, akan meminimalisasi penggunaan perban kain yang biasanya sekali pakai dan seringkali menimbulkan limbah. Klaim yang diberikan bahwa dalam 10 hari pembalutan dengan kulit ikan sudah dapat dilepas dan rasa sakit akibat luka bakar akan berkurang.
Dikutip dari CNN Indonesia, para dokter mengatakan bahwa pengobatan dengan kulit ikan ini dapat memangkas biaya pengobatan sampai 75% dibandingkan dengan penggunaan salep. Selain itu, pasien akan merasa lebih nyaman akibat kandungan yang dapat melembabkan pada kulit sehingga mengurangi rasa sakit pada penggunanya. Kulit ikan yang tipis tidak akan menyebabkan penutupan luka dengan permukaan kulit menjadi bergelombang atau tidak rata, hal tersebut biasanya terjadi pada saat penggunaan kulit hewan ternak atau kulit manusia (cardaver).
Penyembuhan luka menggunakan kulit ikan ini memberikan hasil proses re-epitelisasi menjadi lebih cepat dan lebih baik. Selain itu, mengetahui fakta bahwa berbagai jenis ikan mudah didapatkan di Indonesia, menjadikan penyembuhan luka bakar dengan kulit ikan ini diharapkan dapat tersedia secara komersil dengan meninjau banyaknya keunggulan yang dihasilkan. (Dena Hayyi Azhari)