Perspektif Gender Dalam Pembangunan

Sosial25 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian kegiatan usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan nasional.

Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kemajuan hidup berbangsa, meningkatkan kesejahteraan sosial, dan mencapai masyarakat modern melalui proses perubahan yang berkelanjutan dan terprogram. Pembangunan juga meliputi perencanaan, implementasi, dan pengendalian upaya untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik di berbagai aspek seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pendidikan, dan budaya. Salah satu paradigma pembangunan yang mengedepankan kesetaraan adalah melalui perspektif gender.

Perspektif Gender

Perspektif gender adalah pendekatan analitis yang menekankan perbedaan peran dan fungsi sosial antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi oleh masyarakat, bukan hanya berdasarkan perbedaan biologis. Perspektif ini melihat bahwa ketidakadilan dan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pembangunan, bukan akibat ketidakmampuan perempuan, melainkan berasal dari ideologi, sistem, dan struktur sosial yang menimbulkan ketidakadilan gender.

Perspektif gender mempertimbangkan bagaimana peran dan tanggung jawab yang berbeda ini disosialisasikan sejak lahir dan berpengaruh pada akses, hak, dan peluang dalam ranah sosial, ekonomi, dan politik. Dengan demikian, perspektif gender memandang isu kesetaraan dan keadilan gender sebagai bagian integral dalam perencanaan dan implementasi pembangunan untuk mengatasi ketimpangan dan menciptakan kondisi yang lebih adil bagi semua gender.

Dalam konteks pembangunan, perspektif gender mengharuskan identifikasi dan analisis perbedaan dampak kebijakan atau program terhadap laki-laki dan perempuan, sehingga memungkinkan intervensi yang responsif dan efektif dalam mengurangi ketidaksetaraan gender. Ini penting karena laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan, prioritas, dan tantangan yang berbeda dalam konteks sosial dan ekonomi. Perspektif ini juga mendukung transformasi struktur sosial dan budaya yang selama ini menciptakan diskriminasi dan marginalisasi terhadap perempuan serta kelompok gender lainnya, dengan tujuan mencapai kesetaraan dan keadilan gender secara menyeluruh.

Peran Perspektif Gender dalam Pembangunan

Peran gender dalam pembangunan sangat penting dan beragam, mencakup aspek kesetaraan, pemberdayaan, dan partisipasi aktif laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang pembangunan. Dalam konteks pembangunan, gender mengacu pada perbedaan fungsi dan peran sosial yang dikontruksi antara laki-laki dan perempuan yang mempengaruhi akses, hak, dan tanggung jawab terhadap sumber daya serta pengambilan keputusan. Kesetaraan gender bertujuan untuk melibatkan kedua gender secara setara dalam pembangunan agar hasilnya efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Pembangunan yang tidak mempertimbangkan perspektif gender dapat memperkuat ketidaksetaraan yang ada dan menimbulkan inefisiensi serta dampak negatif pada kelompok tertentu. Dengan mengintegrasikan perspektif gender, pembangunan memperhatikan kebutuhan spesifik laki-laki dan perempuan, termasuk kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang serta upaya perubahan struktur sosial, politik, dan ekonomi yang membatasi peluang keduanya.

Perempuan dalam pembangunan tidak hanya sebagai objek tetapi juga subjek yang berperan sebagai pengambil keputusan, pelaksana, dan pengelola, sehingga pemberdayaan perempuan menjadi strategi penting. Hal ini mencakup pengakuan peran produktif, reproduktif, dan sosial yang dinamis dan dapat berubah sesuai konteks. Kesadaran akan peran gender juga membantu mengatasi diskriminasi yang selama ini menempatkan perempuan sebagai kelompok kelas dua dalam masyarakat.

Peningkatan peran gender dalam pembangunan juga berkaitan dengan pengarusutamaan gender dalam kebijakan agar perempuan memperoleh kesempatan yang sama dan dapat berkontribusi secara signifikan dalam berbagai sektor, termasuk politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga pertahanan dan keamanan. Dengan demikian, pembangunan yang berwawasan gender akan mendorong produktivitas, pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, serta kesejahteraan bersama.

Pengarusutamaan Gender

Strategi pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) yang efektif meliputi beberapa langkah kunci. Pertama adalah analisis gender untuk memahami bagaimana kebijakan dan program berdampak berbeda pada perempuan dan laki-laki. Selanjutnya, memasukkan perspektif gender secara sistematis dalam seluruh tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program agar menghasilkan kebijakan yang responsif gender.

Komitmen pimpinan dan penguatan budaya organisasi yang mendukung inklusivitas gender menjadi kunci keberhasilan implementasi. Selain itu, advokasi, sosialisasi, pelatihan, dan pembentukan tim khusus seperti Pokja dan focal point pengarusutamaan gender di setiap tingkat pemerintahan juga sangat penting.

Strategi lain termasuk integrasi isu gender dalam dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang dan menengah, sehingga isu kesetaraan gender menjadi prioritas dalam kebijakan dan program pembangunan. Percepatan pelaksanaan dilakukan dengan kebijakan regulasi dan pelibatan kepala daerah serta legislatif guna memperkuat dukungan politik.

Infrastruktur pendukung seperti fasilitas terpisah untuk perempuan dan peningkatan kualitas serta kuota guru perempuan juga menjadi bagian dari strategi pengarusutamaan gender yang efektif dalam sektor pendidikan. Semua ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil, setara, dan inklusif dengan peran aktif laki-laki dan perempuan dalam pembangunan. Implementasi strategi ini secara komprehensif akan mempercepat pencapaian kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan secara berkelanjutan.

Indikator untuk mengukur kesetaraan gender

Adapun indikator yang umum digunakan untuk mengukur kesetaraan gender dalam pembangunan antara lain Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), dan Indeks Ketimpangan Gender (IKG).

  1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) mengukur perbedaan capaian pembangunan manusia antara perempuan dan laki-laki berdasarkan dimensi kesehatan (angka harapan hidup), pendidikan (rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah), dan ekonomi (pendapatan per kapita). IPG menunjukkan tingkat kesetaraan dalam akses dan pencapaian pembangunan antara gender.
  2. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) lebih fokus mengukur kesetaraan dari sisi partisipasi politik, pengambilan keputusan, dan peran ekonomi perempuan. Variabel dalam IDG termasuk peran perempuan di parlemen, kontribusi perempuan dalam pendapatan keluarga, dan jumlah tenaga profesional perempuan.
  3. Indeks Ketimpangan Gender (IKG) yang dikembangkan oleh BPS Indonesia berdasarkan Gender Inequality Index (GII) dari UNDP, mengukur ketimpangan gender dalam tiga dimensi: kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan partisipasi di pasar tenaga kerja. Indikator ini termasuk angka kematian ibu, partisipasi perempuan dalam pasar kerja dan politik, serta pendidikan.

Dengan demikian, penggunaan indikator-indikator ini membantu mengidentifikasi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan sehingga intervensi bisa diarahkan untuk meningkatkan kesetaraan gender secara sistematis dan efektif. Indikator ini juga berperan sebagai alat evaluasi keberhasilan pelaksanaan kebijakan dan program pengarusutamaan gender.

Aspek Gender dalam SDGs (Sustainable Development Goals)

SDGs 5 dengan jelas menekankan kesetaraan gender dan pemberdayaan semua wanita serta gadis sebagai tujuan utama, dengan fokus menghapus diskriminasi, kekerasan, dan praktik berbahaya, serta memastikan akses yang setara ke sumber daya ekonomi, pendidikan, dan layanan kesehatan reproduksi. Gender sebagai isu lintas sektor: kemajuan di SDG 5 berdampak pada kemakmuran ekonomi, kesehatan, pendidikan, ketahanan sosial, dan lingkungan, karena partisipasi penuh setiap gender meningkatkan hasil pembangunan secara luas.

Target dan fokus utama SDGs 5

  1. Mengakhiri semua bentuk diskriminasi terhadap wanita dan gadis di mana pun.
  2. Menghilangkan kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran terhadap mereka, termasuk perdagangan dan eksploitasi.
  3. Menghapus praktik berbahaya seperti pernikahan anak, pernikahan dini, dan sunat perempuan.
  4. Menghargai pekerjaan perawatan tidak berbayar dan mempromosikan tanggung jawab domestik yang dibagi secara adil.
  5. Memastikan partisipasi penuh wanita dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan di semua level.
  6. Akses universal ke kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi.
  7. Kesetaraan hak atas sumber daya ekonomi, kepemilikan properti, layanan keuangan, dan hak atas tanah.
  8. Empowerment melalui teknologi, termasuk ICT, untuk pemberdayaan perempuan.
  9. Adopsi dan penegakan kebijakan serta hukum yang mendukung kesetaraan gender.

Pada dasarnya, aspek gender dalam SDGs adalah upaya global untuk menciptakan dunia yang adil dan inklusif dengan memastikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan menikmati hasil pembangunan. (Dr Siti Fadjarajani Dra MT)

Penulis merupakan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi dan Kepala Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran (LPMPP) Unsil Tasikmalaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *