Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Gejolak Global: Strategi Investasi, Swasembada Pangan, dan Sinergi Kebijakan

Ekonomi17 Dilihat

RADAR TASIKMALAYA – Sepanjang tahun 2024, dinamika ekonomi global terus dibayangi oleh ketidakpastian akibat volatilitas pasar keuangan, ketegangan geopolitik, dan tekanan inflasi yang masih persisten di negara-negara maju. Laporan World Economic Outlook (WEO) Januari 2025 mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya mencapai 3,3% pada 2025–2026, lebih rendah dari rerata historis sebesar 3,7% dalam periode 2000–2019.

Pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat dan Eropa telah menyebabkan apresiasi dolar AS, memperburuk volatilitas nilai tukar dan menekan daya saing produk ekspor dari negara berkembang seperti Indonesia.

Selain itu, inflasi yang masih bertahan di tingkat tinggi menyebabkan tekanan pada daya beli global, mengakibatkan penurunan permintaan terhadap barang impor. Konflik geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah turut berkontribusi pada ketidakstabilan rantai pasok global, mendorong kenaikan biaya logistik dan memperlambat laju perdagangan internasional. Tantangan ini berdampak langsung pada sektor ekspor Indonesia, termasuk di Jawa Barat karena sektor manufaktur yang mendominasi perekonomian (pangsa 41,39%).

Investasi sebagai Booster Pertumbuhan Ekonomi 8%

Dalam 5 tahun ke depan, Indonesia mempunyai target untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada level 8%. Secara historis, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca pandemi (2022-2024) sebesar 5,13% (yoy). Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi 8,2% (yoy) pada tahun 1995, di era Presiden Soeharto.

Sementara itu, rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama 2022 sampai 2024 ada pada level 5,13% (yoy). Untuk mencapai target 8% pada 2029, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mempunyai target realisasi PMA dan PMDN sebesar Rp13,03 ribu triliun atau setara USD 814,6 M selama 2025-2029. Untuk Jawa Barat sendiri, pada 2025 ditargetkan realisasi investasi bisa sebesar Rp270,93 triliun pada 2025.

Beberapa strategi pencapaian realisasi investasi dari BKPM antara lain implementasi peraturan yang mendukung investasi (PP No. 5 Tahun 2021), optimalisasi tata kelola investasi berbasis data dengan Online Single Submission (OSS), serta sinergi pusat dan daerah dalam pengembangan potensi dan kawasan industri yang ada.

Upaya Mendorong Pertumbuhan Ekonomi melalui Swasembada Pangan

Upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi juga dilakukan melalui target swasembada pangan sesuai Asta Cita 2 (Memantapkan Sistem Pertahanan Keamanan Negara dan Mendorong Kemandirian Bangsa melalui Swasembada Pangan, Energi, Air, Ekonomi Syariah, Ekonomi Digital, Ekonomi Hijau, dan Ekonomi Biru). Jawa Barat sebagai lumbung pangan nasional memegang peranan penting dalam pencapaian target swasembada pangan.

Pada 2029, Pemerintah menargetkan produksi padi mencapai 56,05 juta ton. Produksi padi di Jawa Barat memegang pangsa sekitar 16,02%, tertinggi ke-3 setelah Jawa Timur yang berada pada posisi pertama (17,44%) dan Jawa Tengah pada posisi ke-2 (16,73%). Sementara itu, produksi padi se-Priangan Timur berkontribusi sebesar 1,46% dengan daerah sentra terpusat di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis.

Sinergi Kebijakan Moneter dan Fiskal

Di tengah berbagai tantangan tersebut, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Februari 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, kebijakan fiskal juga berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga defisit anggaran dalam batas yang aman dengan tetap mengalokasikan belanja yang produktif, termasuk pada infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 dirancang untuk mendukung transformasi ekonomi dengan tetap menjaga keseimbangan fiskal yang berkelanjutan. (Lupita Ramdhaina Yusuf)

Penulis merupakan Analis Yunior Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *