Tuhan Uang

Hal serupa terjadi di Universitas Sriwijaya, Palembang. Di sana tidak bisa membuka spesialis jantung. ”Penyebabnya hanya karena program spesialis lain tidak setuju,” katanya.

Sentimen-sentimen seperti itu tidak akan terjadi kalau untuk menjadi spesialis sudah beralih ke ”hospital base”. ”Toh di berbagai negara memang begitu. Semua melakukan hospital base,” katanya.

Maka Menkes bertekad akan membuka program spesialis di Papua. Ia mendengar banyak yang mengingatkan soal kualitas dokternya nanti. Tapi ia mengajukan pertanyaan yang harus dijawab: so what?

”Apakah kita membiarkan begitu saja mereka ditangani dukun?” katanya. ”Meski hasilnya nanti, katakanlah, tidak sebaik yang di Jawa, pasti masih lebih baik dari dukun,” tambahnya sambil menahan senyum.

Menkes juga mengatakan: akan merombak sistem teknologi di seputar lab dan apotek. ”Nanti data dari lab dan apotek harus masuk ke dalam satu sistem digital,” katanya. ”Data itu akan terhimpun dalam big data yang bisa dipertukarkan,” tegasnya.

Dengan demikian seluruh hasil pemeriksaan darah, USG, rontgen, CT scan, MRI, dan seterusnya akan menjadi satu data nasional bidang kesehatan. Dari sini peta penyakit di Indonesia akan bisa dianalisis.

Posyandu pun akan direvitalisasi. Termasuk akan diberi alat rapid test untuk mendeteksi beberapa penyakit. Dengan demikian posyandu bisa mendeteksi penyakit masyarakat jauh lebih dini. Keperluan pergi ke lab yang biayanya lebih mahal pun berkurang.

Salah satu residen dari Bukittinggi menyampaikan soal bully dari senior. Namanyi: Diniy Miftahul. Dia lulusan Universitas Andalas Padang yang mau jadi spesialis kandungan. ”Sudah waktunya diakhiri,” ujar Diniy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed