Lima Golongan

Teman-teman Tionghoa saya di Malaysia juga terpecah dua: tidak mau berkoalisi dengan UMNO. Pilih jadi oposisi. Menang Pemilu tapi oposisi. Satu pihak lagi bersikap kompromistis: apa boleh buat, harus merangkul UMNO. Siapa tahu bisa memperbaiki sifat koruptif UMNO sambil jalan.

Muhyidin Yasin semula sangat optimistis: Senin pagi kemarin, hanya sehari setelah Pemilu, sudah berhasil menghadap raja untuk minta dilantik sebagai perdana menteri baru.

Raja sendiri memberi batas waktu pada partai-partai sampai Senin kemarin, pukul 14.00: sebelum jam itu pemerintahan baru sudah harus terbentuk.

Sampai deadline tersebut tinggal 2 jam, ternyata belum ada satu pun partai yang berani menghadap raja. Muhyiddin rupanya belum juga berhasil membentuk koalisi. Apalagi Anwar Ibrahim.

Maka raja, Yang Dipertuan Agung Malaysia, mengundurkan batas waktu itu: Selasa hari ini, pukul 14.00. Anwar atau Muhyidin.

Politik masih begitu kakunya di Malaysia. Maklum pengalaman saling dikhianati belum terlalu lama. Lama-lama, kelak, dikhianati itu ternyata biasa. Kita sudah mulai biasa dengan itu setelah 20 tahun menjalaninya.

Malaysia baru 4 tahun. Masih perlu 16 tahun lagi belajar khianat-mengkhianati.

Ini pelajaran bagi kita yang juga akan Pemilu dua tahun lagi: janganlah membenci berlebihan pada satu pihak yang tidak disukai. Pun ketika alasannya ras, aliran, suku, atau pun kitab suci. (Dahlan Iskan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed