RADAR TASIKMALAYA – Pada akhir medio melenium abad 20, pada saat denyut demokrasi menemukan momentumnya dalam sejarah Indonesia, Bapak saya KH. Moh. Ilyas Ruhiyat Allahu Yarham (selanjutnya saya akan menulisnya dengan ‘Bapak’) adalah salah seorang deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), bersama KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH. Munasor Ali, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), KH. Zuhdi Fathur dan KH. Muhith Muzadi. PKB didirikan pada 23 Juli 1998 (29 Rabi’ul Awal 1419 H). Saat terbentuknya PKB, saat itu pula saya menjadi anggota Dewan Syura DPP PKB.
Kala itu, saat suasana demokrasi mulai menyeruak, di mana banyak partai bermunculan dan banyak orang ingin menjadi politisi (dengan mencalonkan diri untuk menjadi anggota legislatif), saya malah kurang berminat. Pada waktu itu, DPP PKB “sedikit memaksa” supaya saya mencalonkan diri, ikut kontestasi pemilihan umum DPR RI. Hanya saja, saya merenung dan mempertimbangkan semua itu, dan saya bersikap bahwa pribadi saya adalah pendidik. Saya adalah seorang Kepala Sekolah, saya adalah seorang Guru Madrasah, saya adalah seorang Ustadzah di Pondok Pesantren Cipasung. Kala Bapak bertanya, apakah punya minat menjadi Angggota DPR RI? Saya menjawab tegas bahwa saya adalah seorang pendidik, bahwa saya ingin mengambil sedikit dari sisi kebaikan pribadi Bapak, dengan menjalankan peran sebagai seorang guru. Saya masih ingat, kala saya menegaskan sikap saya, Bapak tersenyum tenang. Dan senyuman beliau kala itu, sungguh teduh dan sejuk, penuh makna dan penuh doa, senyuman yang khas, senyuman yang sukar saya temukan dari siapa pun. Senyuman Bapak adalah senyuman yang selalu saya rindukan.
Sekalipun saya menjadi anggota Dewan Syura DPP PKB, sungguh kala itu saya tak berminat untuk ikut kontestasi Pemilihan Umum. Sikap saya kala itu pengkuh, bahwa saya adalah seorang pendidik. Hanya saja DPP PKB, barangkali merasa kurang utama, jika dari Pondok Pesantren Cipasung tiada yang ikut kontestasi politik dalam Pemilihan Umum. Setelah musyawarah keluarga Pesantren Cipasung, pamanda KH. Acep Adang Ruhiat menjadi kader PKB dari Cipasung yang akan ikut mencalonkan diri dalam pemilu. Alhamdulillah, pamanda selama beberapa priode menjadi kader Cipasung yang dipercaya umat menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.
Menjelang pemilihan umum 2024, yang berdekatan atau beriringan dengan masa purna tugas saya sebagai Pegawai Negri Sipil, beberapa kyai mendorong saya untuk merenungkan kembali tawaran memasuki dunia politik, untuk menjadi calon anggota legislatif – DPR RI. Pamanda pun, KH. Acep Adang Ruhiat, sudah mengambil sikap tak akan mencalonkan kembali menjadi anggota DPR RI. “Saat ini, gilirang Neng Ida, untuk meneruskan perjuangan KH. Moh. Ilyas Ruhiat di panggung politik,” demikian banyak ujaran memberikan motivasi. Motivasi dari banyak kiai, banyak teman, banyak warga, terutama dari anak-anak.
Saya adalah seorang ibu dengan empat orang anak (Moh. Sabar Jamil, Ahmad Zamakhsyary Sidik, Ajeng Sabarini Muslimah, dan Hauna Taslima). Adalah bekal saya dalam merenungkan kembali diri saya. “Apakah benar saya akan mampu?” Pertanyaan inilah yang kuat di benak dan hati. Pertanyaan ini pula yang dulu membuat saya dulu bersikap bahwa saya adalah seorang pendidik dan membuat Bapak tersenyum manis. Hanya saja, dalam rentang 35 tahun sebagai seorang guru, saya bukan tanpa kegiatan lain. Saya aktif dalam organisasi, terutama Fatayat dan Muslimat NU. Saya pun aktif di Kongres Ulama Perempuan Indonesia, dan kerap menjadi pembicara utama. Dalam berorganisasi, insya Allah saya banyak belajar, bahwa mempupuk kualitas diri untuk terus menggapai manusia yang bermanfaat bagi banyak orang, adalah sikap dan langkah yang mesti jadi tujuan. Saya ingat pesan Bapak, “Mendapat amanah semakin tinggi, adalah mendapat kesempatan untuk semakin banyak manfaat yang kita berikan bagi banyak orang.” Bapak juga sering berujar, “Politik tiada lain adalah amanah untuk bisa memperbanyak manfaat bagi banyak orang.” Nasihat-nasihat Bapak seperti inilah, untuk terus berjuang memperbanyak manfaat bagi manusia, adalah restu beliau bagi saya untuk memasuki dunia poitik.
Dengan berbekal senyuman Bapak, dengan berbekal pengalaman sebagai pendidik dan aktifis Nahdlatul Ulama, saya Dra. Hj. Ida Nurhalida, putri KH. Moh. Ilyas Ruhiat, istri KH. Drs. Abdul Chobir, seorang ibu, seorang nenek dari empat cucu, bismillah untuk ikut konstestasi Pemilihan Umum 2024, Calon DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). (Dra. Hj. Ida Nurhalida, M.Pd.)
Hj Ida Nurhalida merupakan anak dari KH Iyas Ruhiat dan salah satu cucu KH Ruhiat, pendiri Pondok Pesantren Cipasung.